Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengeluarkan komentar bernada hawkish yang membuka peluang kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini.
IHSG menutup perdagangan dengan kenaikan sebesar 0,14 persen ke 6.776,37 pada Rabu (8/3/2023) setelah bergerak di zona merah nyaris di sepanjang perdagangan. Indeks komposit bahkan sempat menyentuh posisi terendah di 6.728,19.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan pasar masih akan menantikan pidato lanjutan dari Powell pada Rabu (8/3/2023) waktu Amerika Serikat. Selain itu, terdapat perilisan sejumlah data terkini seperti data tenaga Kerja Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS).
Selain itu, data non farm payrolls dan tingkat pengangguran Amerika Serikat yang menjadi pertimbangan kebijakan moneter The Fed juga akan dirilis pekan ini.
“Jadi pelaku pasar wait and see di sepanjang minggu ini,” kata Cheril, Rabu (8/3/2023).
Secara harga, Cheril mengatakan IHSG memiliki support kuat di 6.650 sehingga skenario pelemahan terbesar adalah ke arah posisi tersebut. Namun jika data JOLTS dan komentar The Fed malam ini melunak, dia memperkirakan IHSG akan menguji support fibo di 6.700.
Baca Juga
Dia mengatakan saham-saham bervaluasi murah dengan fundamental kuat bisa diperhatikan investor pada saat ini. Beberapa rekomendasinya mencakup BBNI dengan target harga 9.200, BRIS dengan target harga 1.700, dan JPFA 1.280.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina memperkirakan tekanan pada IHSG akan berlanjut hingga FOMC Meeting selanjutnya pada 21—22 Maret 2023. Dia mengatakan pelaku pasar cenderung wait and see menunggu data ekonomi terbaru dan menanti langkah The Fed selanjutnya.
Meski demikian, terdapat sejumlah sentimen positif yang bisa menopang IHSG seperti sentimen rilis kinerja keuangan dan pengumuman dividen. Pekan depan, lima bank besar di Indonesia akan menyelenggarakan RUPST dengan salah satu agenda berupa pembagian dividen.
“Ini dapat menjadi katalis positif, terutama untuk perbankan,” kata dia.
Martha mengatakan tren pelemahan harga bisa menjadi kesempatan investor untuk buy on weakness untuk saham perbankan seperti BMRI dan BBRI yang berpotensi membagikan dividen cukup besar. Selain itu, terdapat rencana aksi korporasi pemecahan nilai saham (stock split) BMRI dalam salah satu agenda RUPST mendatang.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.