Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS Rilis Data Inflasi Februari, IHSG Bergeming?

Angka inflasi bulan Februari yang baru dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) disebut tidak terlalu berdampak pada pergerakan IHSG.
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 5,47 persen (year on year/yoy) pada Februari 2023. Sedangkan inflasi bulanan terealisasi sebesar 0,16 persen. Angka inflasi ini disebut tidak terlalu berdampak pada pergerakan IHSG. 

Pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (1/3/2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis sebesar 0,02 persen ke posisi posisi 6.844,93 pada perdagangan hari ini. Indeks bergerak di rentang 6.833,18 hingga 6.889,51 sepanjang perdagangan. 

Sebanyak 221 saham menguat, 286 saham melemah dan 222 saham stagnan. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp9.520,53 triliun. 

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengatakan tingkat inflasi saat ini tidak mempengaruhi IHSG secara signifikan karena pasar sebelumnya sudah memperkirakan tingkat inflasi yang terjadi. 

“Sudah diantisipasi pasar,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (1/3/2023). 

Senada, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menjelaskan angka inflasi tidak berpengaruh terhadap gerak IHSG.

IHSG masih cenderung konsolidasi di angka 6.800 hingga 6.900 dan saat ini pasar masih menanti laporan keuangan full year 2022 di Maret ini.

Perkembangan inflasi di bulan Februari tercatat mengalami kenaikan menjadi 5,47 persen YoY dibandingkan dengan 5,3 persen YoY pada bulan Januari. 

Kenaikan inflasi sudah sesuai dengan ekspektasi meskipun sedikit lebih tinggi, kenaikan inflasi disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan makanan karena dampak dari adanya cuaca ekstrim, yaitu curah hujan yang tinggi dan terjadinya banjir di beberapa daerah di Indonesia

“Kami menilai kenaikan inflasi ini hanya bersifat sementara,” katanya, Rabu (1/3/2023). 

Roger memperkirakan memperkirakan inflasi masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan, sejalan dengan datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran. 

“Kami cukup optimis inflasi akan semakin stabil dalam beberapa bulan ke depan. Kami memprediksi inflasi akan kembali berada dalam sasaran BI pada 2 – 4 persen di akhir tahun,” jelasnya. 

Berkaitan dengan hal tersebut, Roger merekomendasikan saham sektor perbankan dan konsumer. 

Sementara Cheryl merekomendasikan saham SILO, HEAL, ICBP, dan TAPG. 

Di sisi lain, Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian menyebutkan kenaikan inflasi di Februari 2023, secara MoM dan YoY relatif lebih tinggi dibandingkan Januari 2023 dan perkiraan pasar. 

"Pasar cenderung merespon negatif tapi terbatas yang terefleksikan dari saham-saham consumer-related yang mayoritas melemah di Sesi I, Rabu (1/3/2023)," katanya. 

Kenaikan inflasi ini akan berdampak pada daya beli masyarakat maka inflasi yang tinggi berpotensi menekan daya beli masyarakat. Selain itu, adanya pengumuman kenaikan harga BBM non-subsidi berpotensi mendorong kenaikan inflasi ke depannya.

Di sisi lain, dengan demikian ada ekspektasi BI masih mempertahankan suku bunga acuan di level saat ini dan ada potensi suku bunga kembali dinaikkan. Salah satu dampaknya kemungkinan ke pelemahan nilai tukar Rupiah, karena The Fed juga diperkirakan masih ada 3 kali kenaikan suku bunga acuan.

Oleh sebab itu, kata Rio, investor dapat memperhatikan saham-saham yang berorientasi ekspor atau energi seperti HRUM, ELSA, INCO, MDKA, ANTM.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper