Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sawit Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) harus puas menutup 2022 dengan kinerja keuangan yang turun dibandingkan dengan 2021. Produksi minyak sawit mentah alias CPO yang turun menjadi salah satu penyebab koreksi dua digit sepanjang tahun lalu.
AALI tercatat mengakumulasi pendapatan sebesar Rp21,82 triliun, turun 10,25 persen dibandingkan dengan pendapatan pada 2021 sebesar Rp24,32 triliun.
Koreksi pendapatan AALI terutama disebabkan oleh turunnya segmen minyak sawit dan turunannya. AALI memperoleh pendapatan sebesar Rp19,26 triliun atau turun 10,88 persen secara year on year (YoY) dibandingkan dengan kinerja 2021 yang menyentuh Rp22,02 triliun. Selain itu, segmen inti sawit dan turunannya turun dari Rp2,20 triliun pada 2021 menjadi Rp2,18 triliun pada 2022.
Berdasarkan wilayah operasi, pendapatan dari Sumatra turun 1,10 persen menjadi Rp11,57 triliun. Kemudian pendapatan bersih dari Kalimantan turun 20,34 persen menjadi Rp7,67 triliun dan dari Sulawesi turun 6,73 persen menjadi Rp11,55 triliun.
Adapun laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan bertengger di Rp1,72 triliun. Angka itu mencerminkan penurunan 12,41 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp1,97 triliun.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Alroy Soeparto mengatakan penurunan kinerja AALI kemungkinan besar dipicu oleh produksi CPO sepanjang 2022 yang lebih rendah daripada 2021. Meskipun Astra Agro belum merilis realisasi produksi setahun penuh, tetapi data per September 2022 menunjukkan bahwa produksi CPO AALI turun 13,7 persen secara tahunan dari 1,14 juta ton menjadi 984.000 ton. Koreksi produksi terjadi di tengah kenaikan harga jual rata-rata sebesar 24 persen.
Baca Juga
“Turunnya tingkat produksi sesuai dengan ekspektasi kami mengingat rata-rata umur pohon sawit AALI berada pada 15,8 tahun. Artinya, produktivitas pohon sawitnya telah menurun,” kata Alroy, Kamis (23/2/2023).
Terlepas dari penurunan itu, Alroy mengatakan AALI berpeluang tetap menggenjot produksinya seiring dengan program penanaman kembali yang disiapkan perusahaan. Belum lama ini, Direktur Utama Astra Agro Lestari Santosa mengestimasi produksi bisa tumbuh sekitar 5 persen dengan kontribusi kebun plasma sekitar 55 persen.
“Dengan adanya program replanting yang mulai dilakukan AALI diharapkan dapat meningkatkan produksi CPO perseroan dalam beberapa tahun yang mendatang,” kata dia.
Beberapa analis juga tetap menyematkan rekomendasi beli untuk saham AALI. Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania memberikan rekomendasi beli untuk AALI dengan target harga Rp11.000, sementara Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis merekomendasikan buy on support untuk AALI dengan target harga Rp8.600—Rp8.825