Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Bursa mengalami penurunan sejak awal tahun hingga pekan kedua Februari 2023 yakni Rp9,09 triliun, dibandingkan dengan akhir 2022 yang mencapai Rp14,7 triliun. Analis mencermati turunnya RNTH ini salah satunya dipengaruhi oleh aksi wait and see pelaku pasar.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan pada awal tahun ini, pelaku pasar masih mencermati prospek ekonomi tahun 2023. Menurutnya, pelaku pasar mencermati situasi saat ini dengan perekonomian yang baru beranjak dari pandemi, konflik geopolitik yang tak berkesudahan, dan juga mencermati langkah kebijakan moneter Bank Sentral AS maupun BI.
"Jadi pelaku pasar masih wait and see," kata Cheril dihubungi Bisnis, Selasa (21/2/2023).
Dia mencermati, pelaku pasar masih menunggu petunjuk lebih lanjut mengenai aksi The Fed terhadap peningkatan suku bunga tahun ini.
Research and Consulting Infovesta Utama Nicodemus Anggi menuturkan rendahnya RNTH BEI pada awal tahun 2023 ini diakibatkan karena ada banyak ketidakpastian di pasar saham global, maupun di pasar saham Indonesia.
Nicodemus menjelaskan sejak awal bulan ini, pasar Indonesia mulai masuk periode konsolidasi dan beberapa hari terakhir juga bergerak melandai turun. Akibat hal tersebut, menurutnya menjadi wajar jika RNTH cenderung turun sesuai dengan kondisi di pasar.
Baca Juga
"Investor cenderung menahan diri lebih aktif untuk bertransaksi," ucapnya.
Dia melanjutkan, investor juga tengah mempertimbangkan banyak faktor di pasar saat ini yang menimbulkan ketidakpastian dari kondisi geopolitik dan kemungkinaan ketidakpastian resesi global.
Selain itu, kata dia, pasar yang saat ini dalam kondisi volatil dan penuh dengan ketidakpastian membuat investor lebih memilih melakukan investasi ke aset safe haven seperti obligasi, emas dan lain-lain.
Hal tersebut tercermin dari harga emas yang melonjak bulan lalu, sebelum masuk periode koreksi dan profit taking pada saat ini.
Selain itu secara YTD, menurutnya yield obligasi pemerintah Indonesia turun signifikan, sementara investasi dari asing atau net buy relatif konsisten. Partisipasi investor domestik di obligasi juga meningkat.
"Jadi menurut saya investor asing maupun domestik sedang mempertimbangkan opsi investasi mereka dan masuk ke kelas aset yang lebih menjamin kepastian return pada kondisi pasar saat ini," ujar dia.