Bisnis.com, SEMARANG - Emiten perkebunan dan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) membeberkan ragam strategi untuk mengerek pendapatan dan laba perseroan di tengah berbagai macam tantangan yang dihadapi mulai dari kenaikan harga bahan bakar hingga tingginya harga pupuk.
Presiden Direktur AALI Santosa mengungkapkan di antara strategi yang dilakukan perseroan adalah dengan melakukan efisisensi dan digitalisasi.
"Mesti dengan efisiensi kan kita cuma bisa menjadi a low cost producer, makanya digitalisasi kita lakukan, precision farming tadi yang saya bilang ngeliat nutrien lebih detail mau gak mau harus dilakukan," kata Santosa di Jawa Tengah, dikutip Sabtu (18/2/2023).
Santosa menjelaskan meski tahun ini penuh tantangan, terdapat sejumlah sentimen yang bisa mendukung kinerja perseroan.
Misalnya, kata dia, apabila kondisi geopolitik stabil dan ekonomi China bergerak dengan baik, hal ini dapat memberikan sentimen positif bagi perseroan. Hal ini karena China merupakan salah satu pasar ekspor kelapa sawit.
"China ekonomi bergerak dengan baik ya pasti naik, karna pasar terbesar CPO itu dua negara itu China dan india," kata dia.
Baca Juga
Lebih lanjut, Santoso mengungkapkan dalam proses bisnisnya AALI menerapkan fokus Tiga P: yaitu Portofolio, People, dan Public Contribution.
“Bagi kami, ini semacam penegasan kembali bahwa Astra Agro in line dengan kecenderungan global yang memang sudah semestinya concern pada isu-isu dan tuntutan sustainability,” kata Santosa.
Adapun, AALI mencatatkan penurunan kinerja pendapatan dan laba bersih per kuartal III/2022.
Lini bisnis perkebunan sawit grup Astra itu, membukukan pendapatan sebesar Rp16,52 triliun per kuartal III/2022. Pencapaian tersebut turun 8,31 persen dibandingkan dengan pendapatan Rp18,01 triliun per September 2021.
Secara rinci, pendapatan dari sektor minyak sawit mentah dan turunannya menjadi kontributor terbesar pencapatan AALI dengan torehan Rp14,61 triliun. Namun, penjualan dari segmen turun dari sebelumnya Rp16,35 triliun.
Menyusul di belakangnya adalah penerimaan dari inti sawit dan turunan senilai Rp1,84 triliun, naik dari perolehan di periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak Rp1,57 triliun. Sementara itu, pendapatan lain-lain tercatat sebanyak Rp63,24 miliar.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan AALI turun menjadi Rp13,85 triliun dari periode yang sama sebelumnya sebesar Rp14,03 triliun. Laba bruto masih menurun menuju Rp2,66 triliun dari sebelumnya Rp3,61 triliun.
AALI mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp1,21 trilliun per September 2022, turun 17,29 persen dari laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,47 triliun.