Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE, entitas usaha PT Pertamina (Persero), akan melakukan penawaran umum perdana saham atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga Rp875 per saham sehingga menghimpun dana Rp9,05 triliun.
Dalam prospektus IPO terbaru di Harian Bisnis Indonesia edisi Jumat (17/2/2023), PGEO menetapkan harga IPO Rp875 per saham, setelah masa penawaran awal di kisaran harga Rp820-Rp945 per saham.
PGE menawarkan sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp500 atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor. Oleh karena itu, PGE dapat meraih dana IPO Rp9,05 triliun.
Perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 630,39 juta saham saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program/ MESOP).
Penjamin pelaksana emisi efek ialah PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, dan PT Mandiri Sekuritas. Penjamin emisi efek ialah PT Bahana Sekuritas, PT HSBC Sekuritas Indonesia, PT Danasakti Sekuritas Indonesia, dan PT Samuel Sekuritas Indonesia.
Jadwal IPO Pertamina Geothermal Energy
- Masa Penawaran Awal : 1 - 9 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Efektif : 16 Februari 2023
- Perkiraan Masa Penawaran Umum Perdana Saham : 20 - 22 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Penjatahan : 22 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 23 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia : 24 Februari 2023
Baca Juga
Saat IPO, Pertamina Geothermal Energy giat merangkul investor bahkan dari berbagai negara untuk ikut berpartisipasi.
Director of Finance PT Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldiansyah menargetkan perolehan dana dari IPO di sekitar Rp9 triliiun, dengan rencana penggunaan dana 85 persen untuk pengembangan kapasitas pembangkit listrik mencapai 600 MW.
“Respons pasar sejauh ini sangat positif, kita baru menyelesaikan roadshow mengunjungi beberapa investor di Jakarta, Singapura, Hong Kong, London, dan New York, feedback-nya positif, tapi ordernya berapa kita lihat nanti. Kita optimistis penawaran ini cukup diminati oleh investor dari dalam negeri dan luar negeri,” ungkapnya dalam diskusi bersama Bahana Sekuritas, Rabu (15/2/2023).
Secara valuasi, lanjut Nelwin, kisaran harga yang ditawarkan PGEO dinilai cukup kompetitif dibandingkan dengan perusahaan sejenis di Indonesia dan luar negeri. PGEO menawarkan saham dengan kisaran harga bookbuilding di Rp820 – Rp945 per saham dan melepas 10,35 miliar saham atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
“Namun, jangan membandingkan dengan emiten fossil fuel power plant, dan dari ukuran perusahaanya juga, size does matter, kalau kita dibandingkan dengan yang kapasitas terpasang belasan atau puluhan MW tidak apple to apple, kalau dibandingkan dengan di Filipina, Amerika, Newzealand, valuasi kita masih kompetitif EV/Ebitda kita masih di 8,1 kali,” katanya.
PGEO juga menyiapkan investasi sebesar US$1,6 miliar setara Rp24 triliun (estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS) untuk menaikan kapasitas terpasang energi panas bumi hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan atau hingga 2027.
Nelwin Aldriansyah menargetkan peningkatan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027.
“Kunci untuk mendukung pertumbuhan pendapatan perseroan adalah peningkatan dan pertumbuhan kapasitas terpasangnya. Untuk mendukung pertumbuhan kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri sebesar 600 MW itu, perseroan sudah merencanakan investasi baru, yang total nilainya US$1,6 miliar,” jelasnya.
Pada 2023, calon emiten berkode saham PGEO itu telah menyiapkan investasi baru yang cukup signifikan sebesar US$250 juta setara Rp3,78 triliun pada 2023, dari estimasi belanja modal yang hanya sebesar US$60 juta pada 2022.