Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain IPO, Pertamina Geothermal (PGEO) Siapkan Green Bond

Selain IPO, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menyiapkan pendanaan melalui penerbitan obligasi hijau (green bond).
Selain IPO, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menyiapkan pendanaan melalui penerbitan obligasi hijau (green bond). /Bisnis-Lukas Hendra
Selain IPO, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menyiapkan pendanaan melalui penerbitan obligasi hijau (green bond). /Bisnis-Lukas Hendra

Bisnis.com, JAKARTA — Calon emiten grup Pertamina, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), menyiapkan investasi sebesar US$1,6 miliar setara Rp24 triliun (estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS). Selain IPO, PGEO juga mempertimbangkan green bond atau obligasi hijau.

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah menargetkan peningkatan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027. Total investasi yang dibutuhkan sekitar US$1,6 miliar.

“Makanya kami menyisir berbagai alternatif pendanaan, seperti pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) ini. Dalam waktu dekat kami juga akan menerbitkan green bond dan alternatif pembiayaan lainnya,” kata Nelwin dalam keterangan Senin (13/2/2023).

Pada 2023, calon emiten berkode saham PGEO itu telah menyiapkan investasi baru yang cukup signifikan sebesar US$250 juta setara Rp3,78 triliun pada 2023, dari estimasi belanja modal yang hanya sebesar US$60 juta pada 2022.

Selanjutnya, pada 2024, Pertamina Geothermal Energy menyiapkan investasi baru senilai total US$350 juta setara Rp5,3 triliun. Jika ditotal, PGE meyiapkan investasi senilai US$1,6 miliar sepanjang 2023-2027.

Pertamina Geothermal Energy sendiri baru saja menyelesaikan rangkaian bookbuilding atau roadshow, yang berlangsung 31 Januari 2023 hingga 9 Februari 2023.

Anak usaha PT Pertamina (Persero) di bawah Subholding Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) itu kini tengah melakukan melaksanakan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 25 persen saham ke publik dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Perseroan yang mendapat dukungan penuh dari induk usaha PT Pertamina (Persero) ini rencananya akan melepas sebanyak-banyaknya 10.350.000.000 (10,35 miliar) saham biasa dengan harga pelaksanaan penawaran perdana dengan kisaran Rp820 — Rp945.

Lewat penawaran umum perdana saham, PGEO menargetkan perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp9,78 triliun. Alokasi hasil IPO akan digunakan oleh perseroan salah satunya untuk kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex).

PGE turut mengalokasikan sebanyak-banyaknya 1,50 persen atau 630.398.000 (630,39 juta) saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan. Kebijakan ini sesuai dengan keputusan pemegang saham secara sirkuler pada 27 Januari 2022.

Periode penawaran umum perdana saham PGE dijadwalkan berlangsung pada 20 Februari 2023 hingga 22 Februari 2023. Pencatatan atau listing perdana di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada 24 Februari 2023.

Dalam penawaran umum perdana saham, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.

Berdasarkan data ThinkGeoEnergy 2022, kapasitas terpasang panas bumi dunia pada 2021 mencapai 15.854 mega watt (MW), dengan Amerika Serikat sebagai negara dengan kapasitas terpasang terbesar 3.722 MW, disusul Indonesia (2.276 MW), dan Filipina (1.918 MW).

Adapun, hingga 2022, kapasitas terpasang energi panas bumi di Indonesia mencapai 2.347,63 MW (proyeksi Kementerian ESDM).

Dari total kapasitas terpasang energi panas bumi sebanyak 2.347,63 MW tersebut, PGE saat ini mengelola 13 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, sebanyak 672 MW dikelola langsung dan 1.205 MW melalui operasi bersama (join operation contract).

Adapun, kapasitas PLTP 672 MW (own operation) itu dibangkitkan dari 6 area, yaitu Kamojang 235 MW (Jawa Barat), Lahendong 120 MW (Sulawesi Utara), Ulubelu 220 MW (Lampung), Sibayak 12 MW (Sumatera Utara), Karaha 30 MW (Jawa Barat), dan Lumut Balai 55 MW di (Sumatera Selatan).

Pertamina Geothermal Energy memiliki rekam jejak kinerja keuangan yang solid. Pendapatan perseroan mencapai US$287 juta hingga akhir kuartal III/2022 atau tumbuh 3,9 persen year-on-year (yoy).

Rapor pertumbuhan pendapatan ini melanjutkan tren positif kinerja top line perseroan dalam 3 tahun terakhir atau pada rentang 2019-2021. Tercatat, pendapatan tiap tahunnya yakni US$328 juta pada 2019, US$354 juta pada 2020, dan US$369 juta pada 2021.

Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8 persen secara tahunan menjadi US$111 juta pada September 2022. Net profit margin (NPM) juga melesat dari 24 persen pada kuartal III/2021 menjadi 38,8 persen per akhir kuartal III/2022.

Kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal. Posisi ini sekaligus memastikan perolehan arus kas yang dapat diprediksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper