Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Reksa Dana Bergerak Volatil, Terpicu Rilis Data PDB Indonesia

Kinerja reksa dana bergerak volatile sepanjang periode pekan lalu, 6 – 10 Februari 2023 terpicu rilirs data peningakatan PDB Indonesia di Q4 yang lalu.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja 3 jenis reksa dana bergerak volatile sepanjang periode pekan lalu, 6 – 10 Februari 2023 yang terpicu oleh rilis data PDB Indonesia. Sementara untuk pekan ini, Infovesta menyarankan pelaku pasar masih harus wait and see.

Berdasarkan laporan Infovesta Utama pada Senin (13/2/2023), kinerja reksa dana saham pada periode 6 – 10 Februari 2023 minus sebesar 0,46 persen. Reksa dana campuran minus sebesar 0,30 persen dan Reksa dana pendapatan tetap minus sebesar 0,03 persen. Sedangkan pada reksa dana pasar uang meningkat 0,08 persen. 

Sentimen penggerak pasar dalam sepekan terakhir, berdasarkan laporan Infovesta, dipengaruhi oleh rilis data PDB Indonesia pada Q4 2022 mengalami peningkatan.

“Sedangkan sentimen dari global, China rilis data inflasi yang mengalami peningkatan. Sedangkan dari AS, rilis data klaim pengangguran meningkat,” seperti dikutip dari laporan, Senin (13/2/2023). 

Infovesta Government Bond Index dalam sepekan terakhir mengalami peningkatan sebesar 0,07 persen ke level 9.764. Sentimen penggerak pasar obligasi, dari AS, ketika ketenagakerjaan AS menunjukan penguat dan bertahan. 

“The Fed akan meningkatkan level terminal ratenya. Pelaku pasar mengestimasikan The Fed masih terus menaikan suku bunganya dengan kisaran sebesar 25 Bps menjadi 4,75 persen - 5,00 persen,” jelasnya. 

Kinerja IHSG dalam sepekan terakhir bergerak volatile di tutup melemah sebesar 0,45 persen ke level 6.880. Pergerakan yang volatile itu, di pengaruhi oleh rilis data PDB Indonesia Full Year yang meningkat sebesar 5,31 persen pada 2022.

“Dengan tingkat Consumer Spending yang masih terjaga dan di untungkan dari harga komoditas global yang mengangkat ekspor. Sehingga membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid,” jelas mereka. 

Namun dengan sentimen global yang relatif menunjukan trend negatif, membuat pergerakan indeks ditutup melemah.

Dari China, rilis data inflasi YoY China mengalami peningkatan sebesar 2,1 persen dibandingkan dengan Desember 2022 yang tercatat sebesar 1,8 persen.

Peningkatan inflasi dipengaruhi pasca tahun baru dan imlek di China, mendorong harga makanan dan non-makanan naik lebih tinggi.

Sedangkan dari AS, rilis data klaim pengangguran mengalami peningkatan sebesar 196 ribu orang dalam pekan yang berakhir 4 Februari. Namun dengan angka terbaru pada pasar tenaga kerja mengalami peningkatan, memberi tekanan pada laju pergerakan indeks.

Melihat pergerakan pasar kedepan, infovesta berpendapat bahwa pada pasar saham investor diharapkan untuk wait and see, mengingat pergerakan indeks masih sideways dipengaruhi oleh tensi volatiltias yang masih berlanjut. 

Sedangkan pada pasar obligasi, investor diharapkan tetap memperhatikan langkah Bank Sentral, terutama kenaikan suku bunga yang masih berpotensi mengalami pengetatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper