Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Makin Hot, Naik 3 Sesi Beruntun

Harga minyak naik 3 sesi beruntun akibat sentimen The Fed yang kurang agresif melemahkan dolar AS.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California. Harga minyak naik 3 sesi beruntun akibat sentimen The Fed yang kurang agresif melemahkan dolar AS. / Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California. Harga minyak naik 3 sesi beruntun akibat sentimen The Fed yang kurang agresif melemahkan dolar AS. / Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik tiga hari berturut-turut hingga Rabu (8/2/2023) atau Kamis pagi WIB, karena peningkatan permintaan akibat pelemahan dolar AS.

Mengutip Antara, investor merasa lebih nyaman dengan aset berisiko seperti minyak sehari setelah pernyataan ketua Federal Reserve meredakan kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga di masa depan.

Harga minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik US$1,33 atau 1,7 persen menjadi US$78,47 per barel. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April bertambah US$1,40 atau 1,7 persen menjadi US$85,09 per barel.

Komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada Selasa (7/2/2023) terlihat kurang hawkish dari yang ditakutkan, meningkatkan selera risiko dan menekan dolar. Mata uang AS yang lebih lemah membuat minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

"Penurunan selera risiko yang sebagian besar tidak sesuai dengan komentar Ketua Fed Powell kemarin, berlaku sama untuk komoditas industri seperti minyak dalam memberikan hambatan yang signifikan terhadap kenaikan harga utama lebih lanjut," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

Investor berharap kenaikan suku bunga AS yang tidak terlalu agresif akan membantu ekonomi terbesar dunia itu menghindari perlambatan ekonomi yang tajam atau resesi yang akan memukul permintaan minyak. Sementara itu, berakhirnya pembatasan COVID-19 di China juga diperkirakan akan mendukung permintaan bahan bakar.

"Lonjakan permintaan minyak yang menjulang bersama dengan pertumbuhan pasokan global yang lesu akan memastikan bahwa keseimbangan minyak mengetat selama beberapa bulan mendatang," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Mengenai pasokan, OPEC dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, pekan lalu memutuskan untuk mempertahankan pembatasan produksi dan seorang pejabat Iran pada Rabu (8/2/2023) mengatakan kelompok itu kemungkinan akan tetap dengan kebijakan saat ini pada pertemuan berikutnya.

Gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023) menghentikan aliran minyak mentah dari Irak dan Azerbaijan keluar dari Pelabuhan Ceyhan di Turki. BP Azerbaijan telah mengumumkan force majeure pada pengiriman minyak mentah Azeri dari pelabuhan. Pipa Irak ke Ceyhan kembali mengalir pada Selasa (7/2/2023).

Data Badan Informasi Energi AS menunjukkan produksi minyak AS naik minggu lalu ke level tertinggi sejak April 2020, namun kenaikan minyak terbatas.

"Ada beberapa orang di luar sana yang benar-benar membuang uang ke sisi produksi bisnis... yang membuat pasar bearish," kata Bob Yawger, direktur Energy Futures di Mizuho.

Persediaan minyak mentah naik 2,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 3 Februari menjadi 455,1 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 2,5 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper