Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan alasan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tak kunjung melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering alias IPO bukan karena dana incaran yang jumbo.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan alasan perseroan belum IPO karena masih ada dokumen yang perlu diperbaiki.
“Masih ada hal teknis atau dokumen yang perlu untuk diperbaiki,” kata Inarno dalam konferensi pers, Senin (6/2/2023).
Inarno mengungkapkan salah satu teknis yang diperbaiki adalah terkait laporan keuangan perseroan. Awalnya, kata Inarno PHE hendak menggunakan laporan keuangan hingga Juni 2022. Namun, PHE kemudian memutuskan untuk menggunakan laporan keuangan sampai Desember 2022.
Lebih lanjut, Inarno mengungkapkan nilai emisi yang ditargetkan PHE dalam IPO-nya berkisar di antara Rp8 triliun hingga Rp9 triliun. “Tergantung dari appetite eksternal kisarannya sekitar Rp8 triliun atau Rp9 triliun untuk yang PHE,” kata Inarno.
Sebelumnya, anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE, entitas usaha PT Pertamina (Persero), akan melakukan penawaran umum perdana saham atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan target dana jumbo. Rencananya, sebagian besar dana IPO PGEO akan digunakan untuk pengembangan usaha sampai 2025.
Baca Juga
Dalam prospektus IPO, PGEO menetapkan kisaran harga perdana Rp820-Rp945 per saham. PGE menawarkan sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp500 atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Oleh karena itu, PGEO dapat meraih dana IPO maksimal Rp9,78 triliun, dan serendah-rendahnya Rp8,48 triliun. Dengan dana tersebut, PGEO berencana untuk menggunakan 85 persen dana IPO untuk pengembangan usaha sampai 2025. Rinciannya, sekitar 55 persen akan digunakan sebagai capital ecpenditure (capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini, yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing PGEO.
Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lahendong, WKP Hululais, WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Gunung Way Panas, WKP Sungai Penuh, dan WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung.
Lalu, sekitar 33 persen akan digunakan untuk capex pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology, untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru. Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Hululais, WKP Gunung Way Panas, dan WKP Kamojang-Darajat.