Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Dolar AS Membuat Harga Minyak Mentah Dunia Terselip

Harga minyak mentah merosot pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB karena permintaan melemah sedangkan dolar AS menguat yang membuat minyak mentah lebih mahal un
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah merosot pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB karena permintaan melemah sedangkan dolar AS menguat yang membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli non-Amerika.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret tergelincir 0,7 persen menjadi US$75,88 per barel di New York Mercantile Exchange. Menurutnya minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April merosot 0,8 persen menjadi US$82,17 per barel di London ICE Futures Exchange.

Adapun data Departemen Perdagangan AS mencatat pesanan baru untuk barang-barang manufaktur AS naik pada Desember sedangkan pesanan untuk peralatan industri dan mesin lainnya turun. "Hal itu menyoroti lebih banyak perlambatan ekonomi, terutama di sisi industri, yang berdampak negatif bagi minyak bumi," kata John Kilduff, partner di Again Capital dikutip dari Antara, Kamis (3/2/2023).

Di sisi lain, Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates menyatakan rebound dalam indeks dolar ikut memengaruhi harga minyak. Sebab, yreenback yang lebih kuat membuat minyak yang diperdagangkan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sebagai informasi, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2), tetapi terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempurannya melawan inflasi.

"Inflasi agak mereda tetapi tetap tinggi," kata Bank Sentral AS dalam sebuah pernyataan yang menandai pengakuan eksplisit atas kemajuan yang dibuat dalam menurunkan laju kenaikan harga dari level tertinggi 40 tahun yang dicapai tahun lalu.

Sementara inflasi tampaknya telah melambat di negara-negara ekonomi utama, respons bank-bank sentral dan kecepatan pembukaan kembali dari penguncian COVID-19 tidak pasti.

"Investor menjadi kurang percaya diri dengan kekuatan prospek, sesuatu yang dapat kita lihat berubah berulang kali pada kuartal pertama ini karena kurangnya visibilitas suku bunga dan transisi COVID China," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Membantu menjaga minyak agar tidak bergerak lebih rendah adalah larangan Uni Eropa terhadap produk olahan Rusia yang akan mulai berlaku pada 5 Februari, berpotensi memberikan pukulan bagi pasokan global.

Negara-negara Uni Eropa akan mencari kesepakatan pada Jumat atas proposal Komisi Eropa untuk menetapkan batas harga produk minyak Rusia setelah menunda keputusan pada Rabu (1/2), karena perpecahan di antara negara-negara anggota, kata para diplomat.

Komisi Eropa minggu lalu mengusulkan bahwa mulai 5 Februari, Uni Eropa menerapkan batas harga US$100 per barel untuk produk minyak premium Rusia seperti solar, dan batas US$45 per barel untuk produk diskon seperti bahan bakar minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper