Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE, entitas usaha PT Pertamina (Persero), akan melakukan penawaran umum perdana saham atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan target dana jumbo.
Dalam prospektus IPO, PGE menetapkan kisaran harga perdana Rp820-Rp945 per saham. PGE menawarkan sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp500 atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Oleh karena itu, PGE dapat meraih dana IPO maksimal Rp9,78 triliun, dan serendah-rendahnya Rp8,48 triliun.
Perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 630,39 juta saham saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program/ MESOP).
Penjamin pelaksana emisi efek ialah PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, dan PT Mandiri Sekuritas. Penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.
Jadwal IPO Pertamina Geothermal Energy
- Masa Penawaran Awal : 1 - 9 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Efektif : 16 Februari 2023
- Perkiraan Masa Penawaran Umum Perdana Saham : 20 - 22 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Penjatahan : 22 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 23 Februari 2023
- Perkiraan Tanggal Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia : 24 Februari 2023
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, memastikan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dari PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) bakal berlangsung bulan depan.
Baca Juga
Nicke mengatakan rencana PGE bakal terlebih dulu melakukan IPO pada Februari 2023. Kemudian, disusul oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang rencananya akan melakukan IPO pada paruh pertama tahun ini.
“Mungkin yang pertama [IPO] PGE, insyaallah kalau tidak ada halangan bulan depan. Kemudian nanti akan dilanjutkan dengan yang PHE,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Nicke mengatakan rencana PGE dan PHE melakukan IPO untuk menghimpun dana murah dari masyarakat untuk dapat mengakses pasar yang lebih luas di masa mendatang.
Di sisi lain, dia mengungkapkan bahwa pemegang saham perseroan meminta adanya peningkatan kapitalisasi pasar atau market cap dari holding Pertamina nantinya.
“Pemegang saham memberikan target untuk meningkatkan market cap atau value of company, kami melakukan unlock value di semester I tahun ini,” ujarnya.
Hanya saja, dia belum dapat memerinci berapa porsi saham yang akan dilepas ke publik nanti. Dia beralasan informasi tersebut masih belum mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk disampaikan secara terbuka.
“Mengenai berapa yang dilepas ke pasar barangkali akan kami sampaikan dalam kesempatan lain karena kami belum dapat persetujuan dari pemegang saham,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menerangkan rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) ditunda menjadi kuartal I/2023 dari semula tahun ini karena sentimen suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve.
Wakil Menteri I BUMN Pahala N. Mansury mengakui terjadi penundaan salah satu rencana IPO PGE dari target awal yang diharapkan bisa selesai pada 2022.
"Melihat perkembangan pasar modal global ada kondisi market belum optimal sehingga penundaan terlebih dahulu jadi ada stabilitas, dari kebijakan The Fed, akan berpengaruh ke pasar modal ekuitas di Indonesia dan negara lain," jelasnya dalam Rapat Kerja di Komisi VI DPR, Rabu (7/12/2022).
Menurutnya, kenaikan suku bunga The Fed membuat pasar ekuitas terutama di emerging market seperti Indonesia cukup terganggu, sehingga memutuskan terjadi penundaan IPO PGE. Kemudian, siklus kenaikan suku bunga The Fed terlihat sudah memasuki babak akhir pada tahun ini.
Kenaikan suku bunga The Fed yang sudah mulai melambat ini menjadi landasan Pahala menilai 2023 menjadi momentum yang baik untuk anak BUMN masuk ke pasar modal.
"Kemungkinan terjadi kenaikan 25-50 bps lagi, dengan perlambatan itu diharapkan akan memberikan pengaruh dan menjadi sentimen positif bagi investor ekuitas, terutama karena di Indonesia masih cukup besar kontribusi ekuitas dari luar negeri," tuturnya.
PGE salah satu perusahaan energi panas bumi terbesar di dunia berdasarkan total kapasitas terpasang. Saat ini PGE memiliki kapasitas sebesar 672 megawatt, targetnya dalam 5 tahun ada penambahan kapasitas 600 megawatt.
Apalagi, PGE sudah memegang sejumlah kontrak pengadaan tenaga listrik dengan PLN. Dalam prosesnya, PGE sedang menyampaikan usulan rentang harga IPO kepada OJK.
"Dengan rencana penambahan 600 megawatt 5 tahun ke depan, ini menjadi quick win bagi pertumbuhan PGE di EBT, saat ini prosesnya sudah pendaftaran ke OJK, di tahap ke-1 dan ke-2. Target pelaksanaan di kuartal I/2023," jelas Pahala.
Pahala menambahkan berdasarkan laporan keuangan per 2021, pendapatan PGE tercatat US$369 juta setara Rp5,71 triliun (kurs Rp15.500) dengan EBITDA marjin 78,7 persen. Angka EBITDA margin tersebut menurutnya cukup menggiurkan.