Bisnis.com, JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel telah mengakuisisi 6.088 menara dan akuisisi fiber optic sepanjang 6.012 km.
Sebagai informasi, Mitratel mengakuisisi 6.088 menara pada 2022 sebagian besar dari akuisisi milik Telkomsel sejumlah 6.000 menara. Lalu, 88 menara lainnya dari Citra Gaia sebanyak 39 menara, MSN 38 menara dan lainnya 11 menara.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan akuisisi menara dan fiber optik merupakan bagian dari usaha untuk memastikan Mitratel selalu siap dan secara cepat dapat memberikan solusi bagi operator telekomunikasi.
Teddy mengeklaim MTEL memiliki fundamental bisnis yang kuat dan sejumlah program yang diyakini dapat memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Menurutnya MTEL secara aggresif menjalankan program peningkatan rasio penyewaan, pembangunan ekosistem bisnis menara dengan menyediakan connectivity berkapasitas tinggi melalui penggelaran fiber optic dan layanan satelit.
“Dalam industri menara, kami meyakini bahwa semakin banyak alat produksi yang dimiliki oleh Mitratel maka semakin besar potensi bisnisnya. Dengan kepemilikan Menara yang semakin banyak maka akan semakin mudah bagi operator telekomunikasi untuk menempatkan perangkatnya (kolokasi) di tower kami,” ujar Teddy dalam keterangan resmi, Kamis (19/1/2023).
Selain mengakuisisi menara dan fiber optic, MTEL juga melakukan aksi korporasi berupa buyback saham pada periode 2 Juni - 2 September 2022. Teddy mengatakan upaya pembelian kembali saham dilakukan Mitratel karena melihat tren penurunan harga saham MTEL pada Mei 2022.
Baca Juga
“Manajemen berkeyakinan bahwa tren dan tingkat harga saham tersebut tidak mencerminkan fundamental Perseroan. Sebagai bentuk komitmen Perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham, maka Mitratel melakukan pembelian kembali saham Perseroan,” kata Teddy.
Menurutnya pembelian kembali saham MTEL tidak memengaruhi kondisi keuangan Perseroan karena arus kas dan modal kerja yang memadai untuk membiayai kegiatan usaha. Aksi ini juga memberikan fleksibilitas Perusahaan dalam mengelola modal jangka panjang, di mana saham treasuri dapat dijual di masa mendatang dengan nilai yang optimal jika Perseroan memerlukan tambahan modal.