Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang RI Rilis, Rupiah Malah Dibuka Loyo

Mata uang rupiah dibuka melemah 0,53 persen ke posisi Rp15.124, pelemahan ini terjadi sering rilisnya surplus neraca dagang Indonesia hingga Rp816,9 triliun.
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (17/1/2023), pelemahan ini terjadi seiring dengan rilis neraca perdagangan Indoneisa yang surplus hingga US$54,46 miliar atau Rp816,9 triliun.

Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah dibuka di posisi Rp15.124 atau melemah 0,53 persen, sementara itu indeks dolar AS terpantau menguat 0,03 persen ke posisi 102.155.

Rupiah dibuka melemah bersama dengan sejumlah mata uang asing diantaranya Yen Jepang melemah 0,16 persen, Dolar Hong Kong melemah 0,06 persen, Won Korea melemah 0,28 persen, Peso Philipina melemah 0,50 persen, Yuan China melemah 0,12 persen dan Ringgit Malaysia melemah 0,23 persen.

Kemudian Bath Thailand melemah 0,20 persen, Rupee India melemah 0,34 persen serta Dolar Singapura menguat 0,02 persen.

Sebelumnya Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.010 - Rp15.100.

Hal tersebut didasari oleh surplus signifikan neraca perdagangan yang tercatat sebesar US$54,46 miliar atau Rp816,9 triliun merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Surplusnya Neraca Perdagangan tersebut sangat signifikan jika dibandingkan dengan capaian surplus sepanjang 2021 yang tercatat sebesar US$35,34 miliar.

Berdasarkan data BPS, surplus neraca perdagangan terus meningkat sejak tahun 2020. Saat itu, surplus kumulatif mencapai US$21,74 miliar. Adapun pada tahun 2019 tercatat defisit sebesar US$3,29 miliar, sedangkan tahun 2018 juga tercatat defisit sebesar US$8,7 miliar.

Sedangkan, ekspor nonmigas secara kumulatif sepanjang 2022 tercatat sebesar US$275,96 triliun, meningkat sebesar 25,80 persen. Sejalan dengan itu, ekspor migas juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 30,82 persen menjadi US$16,02 triliun.

Berdasarkan pangsanya, ekspor nonmigas terbesar yaitu pada bahan bakar mineral yang mencapai US$54,98 miliar atau dengan pangsa 19,92 persen. Sementara itu, impor Indonesia sepanjang 2022 tercatat mencapai US$237,52 miliar, meningkat sebesar 21,07 persen dibandingkan periode 2021.

Secara bersamaan, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$392,6 miliar pada November 2022. Nilai tersebut meningkat jika dibandingkan dengan posisi pada Oktober 2022 yang tercatat sebesar US$390,2 miliar.

Jika dibandingkan dengan November 2021, posisi ULN Indonesia mengalami kontraksi sebesar 5,6 persen persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 7,6 persen yoy. Posisi ULN Pemerintah pada November 2022 tercatat sebesar US$181,6 miliar, mengalami kontraksi 10, persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 12,3 persen yoy.

Perkembangan ULN tersebut disebabkan oleh sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang tetap terjaga sehingga mendorong investor asing kembali menempatkan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper