Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Berencana Rombak Portofolio Usai Dengar Proyeksi Bank Dunia

Investor berpotensi untuk mengalihkan dananya ke instrument investasi bersifat safe haven karena proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang menjadi 1,7 persen.
Bank Dunia atau World Bank/Istimewa
Bank Dunia atau World Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Investor berpotensi untuk mengalihkan dananya ke instrument investasi bersifat safe haven karena proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang dipangkas menjadi 1,7 persen.

Perlambatan ekonomi ini dinilai akan membuat investor wait and see untuk memarkirkan uangnya di instrumen investasi yang berisiko seperti pasar saham.  Alhasil, investor justru akan memarkirkan uangnya ke instrument safe haven seperti halnya emas.

Apalagi, tren harga emas spot yang terus naik. Pada perdagangan kemarin, harga emas spot melonjak 0,29 persen atau 5,45 poin ke US$1.882,48 per troy ounce pada 15.10 WIB.

“Jadi biasanya mengalihkan asetnya ke instrument yang bersifat safe haven misalnya emas. Di mana misalnya kalau kita lihat XAU/USD mengalami uptrend,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta, Rabu (11/1/2023).

Nafan menyebut investor juga berpotensi memilih obligasi sebagai instrument investasi. Menurut dia risiko investasi obligasi masih lebih rendah ditambah dengan fundamental ekonomi RI yang masih solid. “Memberikan yield, risiko rendah, dan memiliki kepastian, karena terkait dengan yield tersebut, otomatis wajar saja investor beralih ke obligasi pemerintah dalam berinvestasi jadi seperti itu,” katanya.

Menurutnya, jika ingin tetap berinvestasi di pasar saham, investor harus mencermati emiten yang memiliki fundamental kuat.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menilai proyeksi ekonomi global di negara-negara emerging market cenderung positif. “Berarti asing akan memilih negara – negara emerging market untuk berinvestasi,” kata Nico saat dihubungi Bisnis, Rabu (11/1/2023).

Menurut dia modal asing justru berpotensi masuk ke emerging market seperti Indonesia. Hal ini meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kerap ditutup dalam keadaan merah merona dalam beberapa hari terakhir.

Selama delapan hari perdagangan, IHSG sempat terjun bebas ke hingga 2,34 persen pada perdagangan kamis (5/1/2023) pekan lalu. Pada perdagangan Selasa (10/1/2023) IHSG juga masih memerah di level 6.622,499 meski sempat menghijau di level 6.688,265 pada perdagangan Senin (9/1/2023).

Pada perdagangan hari ini, Rabu (11/1/2023), IHSG kembali ditutup di zona merah di level 6.588,54 turun 0,51 persen atau 33,96 poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper