Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah saat Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global

Saat rupiah melemah, yen Jepang turun 0,09 persen, dolar Hong Kong turun 0,04 persen, won Korea Selatan turun 0,34 persen.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah ke level 15.575 pada perdagangan hari ini, Rabu (10/1/2023). 

Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,05 persen ke Rp15.575 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,09 persen ke 103,33.

Bersamaan dengan rupiah, yen Jepang turun 0,09 persen, dolar Hong Kong turun 0,04 persen, won Korea Selatan turun 0,34 persen.

Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Asean juga melemah seperti dolar Singapura turun 0,05 persen, peso Filipina turun 0,22 persen, ringgit Malaysia turun 0,01 persen, dan baht Thailand turun 0,40 persen.

Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priadi dan Ekonom Samuel Sekuritas Arga Samudro mengatakan masih tebalnya ketidakpastian membuat pihaknya memperkirakan rupiah bergerak di rentang terbatas Rp15.555-Rp15.575 per dolar AS hari ini.

Menurutnya, sentimen positif merekah di bursa Asia Pasifik pada pagi ini terutama terkait dengan sikap Jerome Powell, Gub The Fed, yang tidak menyinggung soal arahan kebijakan moneternya pada pidato pertamanya di tahun ini. Hal tersebut meredam spekulasi lanjutan bahwa The Fed akan kembali mengeluarkan statemen bernada hawkish yang menjadi katalis utama koreksi pasar sebelumnya.

Lebih jauh, laporan Bank Dunia yang kembali membuat skenario pertumbuhan ekonomi global yang terkontraksi dalam beberapa tahun mendatang berpotensi menahan penguatan harga.

Sementara itu, dari dalam negeri sentimen datang dari kabar pertumbuhan indeks penjualan ritel sedikit melambat 0,2 persen MoM atau 1,3 persen YoY di November 2022. Dari rilis Bank Indonesia, penurunan indeks tersebut didorong oleh penjualan komponen sandang dan budaya-rekreasi yang lebih rendah.

Menurut Samuel Sekuritas, kendati secara tahunan penjualan ritel terus mengalami penurunan, tetapi Samuel Sekuritas melihat ini sebagai dampak dari high base. Secara MoM, tren penjualan ritel sedang normalisasi paska pandemic.

"Ke depan, seperti terefleksi dari indeks ekspektasi penjualan 6 bulan ke depan yang naik, kami yakin faktor tekanan harga yang mereda dan pergantian musim akan kembali menggairahkan penjualan ritel," tulis Samuel Sekuritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper