Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) nyaris menyentuh auto reject bawah (ARB) dua hari berturut-turut pada awal 2023. Sejumlah faktor penekan dari penurunan harga batu bara sampai dividend trap menjadi penyebab.
Analis RHB Sekuritas Muhammad Wafi menyebutkan, sektor batu bara masih sulit naik, terimbas penurunan harga seiring proyeksi dari beberapa kalangan, bahwa pergerakan harga batu bara tahun ini tidak akan sebaik 2022.
“Kami sendiri memperkirakan rata-rata harga batu bara tahun ini akan lebih rendah dibandingkan 2022 kemarin. Kita perkirakan akan ada penurunan,” ungkapnya, dikutip Kamis (5/1/2023).
Di samping harga batu bara mengalami penurunan, China akan kembali membuka keran impor dari Australia yang sebelumnya dibatasi.
“Namun, di sisi lain, selama di kuartal I/2023 masih ada satu katalis positif lagi untuk ADRO yaitu pembagian dividen full year,” ujarnya.
ADRO telah membagikan dividen interim yang sudah lewat periode cum date-nya, dan membuat sahamnya mengalami penurunan. Wafi menilai penurunan saham ADRO saat ini karena dividen yield yang cukup tinggi sekitar 6,7 persen.
Baca Juga
“Itu untuk ukuran dividen interim cukup tinggi, jadi wajar ketika masuk ke tanggal ex dividennya mengalami koreksi dan lanjut turun karena penurunan harga komoditas batu bara,” jelas Wafi.
Namun, dividen full year untuk rata-rata emiten batu bara akan menjadi katalis reli saham ke depan, sebab dividen yield-nya akan lebih tinggi dari tahun kemarin. “Masih ada peluang reli satu kali lagi,” tambahnya.
Terkait harga saham ADRO yang anjlok dua hari berturut-turut, nyaris menyentuh ARB pada perdagangan Rabu (4/1/2023) dan Kamis (5/1/2023) di tengah periode pembagian dividen, Wafi menyebutkan memang ada faktor dividend trap, yang membuatnya parkir di Rp3.100 hari ini.
“Dua faktor yang menjadi penurunan saham ADRO adalah dividen trap itu, kemudian memang kebetulan karena sentimen dari harga batu bara mengalami penurunan. Jadi emiten batu bara lain juga turun tapi memang tidak sedalam ADRO karena ada faktor dividend trap. Secara tren sudah berbalik arah ke bearish,” kata Wafi.
Secara tren, saham ADRO sudah berbalik arah ke fase bearish, namun ada ekspektasi dividend yield full year yang akan menjadi katalis positif. Wafi menilai ada beberapa level support mendekati area Rp3.000-an.
“Saham ADRO akan mendekati level itu terlebih dahulu, tapi bisa mulai dicicil beli dari Rp3.200,” jelasnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.