Bisnis.com, JAKARTA – Pembentukkan bursa aset kripto tetap penting meskipun nilai aset kripto sepanjang 2022 sedang ambrol berguguran.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan, pembentukan bursa kripto saat ini sudah menjadi penting, seiring jumlah investor dan transaksi yang meningkat, sehingga membutuhkan otoritas yang melindungi kepentingan investor dan pelaku usaha.
“Bursa kripto juga bisa membuat masyarakat dan investor lebih aman dan percaya diri untuk masuk ke market,” kata Manda kepada Bisnis, Rabu (4/1/2023).
Meskipun demikian, penting dalam proses pembentukan bursa kripto dilakukan secara hati-hati, tidak terburu-buru, dan memastikan seluruh tahapan dilalui dengan baik, sehingga nantinya bursa pun berjalan dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan.
“Dari sisi asosiasi dan pelaku usaha, kami sendiri sudah siap melakukan integrasi sistem ke bursa kripto ketika nanti sudah hadir. Tidak ada permasalahan dari pihak kami dan akan selalu mendukung kehadiran bursa untuk melengkapi ekosistem kelembagaan industri aset kripto di Indonesia,” ungkap Manda.
Plt. Kepala Badan Pengawas dan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko menyebutkan, perkembangan perdagangan aset kripto secara global nerdasarkan survei yang dilakukan global index, 16,4 persen pengguna internet di Indonesia punya aset kripto. Hal ini menjadi potensi ke depan pengeololaan aset kripto yang lebih baik lagi.
Baca Juga
Namun, jika dilihat pada survei di Amerika, kecenderungan kesukaan orang pada aset kripto turun, pada 2020 naik dari 8 persen dan di 2022 yang sudah punya aset kripto tidak ingin menambah lagi.
“Kami menduga di 2023 memang aset kripto mengalami masa winter yang luar biasa. 2023 winter ini nggak selesai-selesai. Pertanyaannya apakah ini sduah di titik paling bawah? 2023 walaupun tidak semakin memburuk, tapi untuk rebound belum sepenuhnya masih sulit,” kata Didid.
Kripto masuk dalam tiga besar aset pilihan orang untuk berinvestasi, tapi popularitasnya cenderung menurun. Artinya ada potensi pertumbuhan ke depan tapi melambat, tidak akan turun lebih parah lagi, tapi reboundnya belum bisa cepat.
“Jadi 2023 ini masih kita menghadapi tantangan yang luar biasa terhadap aset kripto,” katanya.
Di Indonesia, Bappebti mencatat transaksi 2022 dibandingkan 2021 turun drastis, 2021 totalnya Rp859,4 triliun, dan pada 2022 sampai November hanya Rp300 triliun.
Namun demikian, jika dilihat dari pelanggan pendaftarnya mengalami peningkatan pesat, pada 2021 ada 11,2 juta pelanggan terdaftar, dan 2022 ada 16,25 juta pelanggan. Dalam 11 bulan naik 5,3 juta pelanggan.
“Dari angka ini bahwa transaksi turun, tapi peminat semakin masif. Kalau kita lihat nanti ada angka terkait demografinya 48 persen dari 16,5 juta pelanggan berusia 18 tahun-35 tahun, kemudian nilai transaksinya 70 persen di bawah Rp500.000. Jadi memang kecil-kecil, tetapi sangat banyak," jelas Didid.
Oleh karena itu, hal Ini tetap membutuhkan pengaturan yang lebih baik pada 2023, karena dengan jumlah pengguna yang semakin banyak dan usia pengguna kelas milenial, harus dirangkul ahgar tak hanya ikut-ikutan saja, tapi menjadi investor yang benar.