Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: 2022 Brutal, US$30 Triliun Hilang di Pasar Saham Global

Menkeu Sri Mulyani mengatakan 2022 merupakan tahun yang brutal lantaran US$30 triliun hilang di pasar saham global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2023, Jakarta pada Senin (2/1/2023). Dok. Youtube Setpres RI.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2023, Jakarta pada Senin (2/1/2023). Dok. Youtube Setpres RI.

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa 2022 merupakan tahun yang sangat brutal bagi pasar saham global. Pasalnya, US$30 triliun lebih kapitalisasi pasar global hilang pada tahun lalu.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2023, Senin (2/1/2022).

“Lebih dari US$30 triliun kapitalisasi dolar AS hilang pada 2022, sehingga investor di global bukan create value, tapi losing value,” ujar Sri Mulyani. 

Kendati demikian, jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya terutama ASEAN, kinerja pasar modal Indonesia pada 2022 justru bertahan dan cenderung menunjukkan kinerja yang sangat positif.

Pencapaian tersebut, lanjut Sri Mulyani, merupakan bekal yang bagus bagi perkembangan pasar modal Indonesia untuk memasuki 2023.

Pada 2023, penekanan integritas, integritas, akuntabilitas, dan kredibilitas akan ditopang dengan pelaksanaan Undang-undang PPSK (Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan).

“Ini akan menjadi PR bagi kami KSSK, untuk menjalankan secara konsisten di dalam membangun fondasi sektor keuangan yang kuat, stabil, kredibel, akuntabel, dan tentu dipercaya,” katanya.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar sebelumnya mengapresiasi kinerja IHSG, lantaran mampu bertahan dan menunjukkan kinerja yang sangat positif pada 2022.

Hal tersebut tercermin dari kinerja IHSG yang ditutup 4 persen, meningkat dibandingkan tahun lalu. Pencapaian tersebut juga merupakan yang terbaik bila dibandingkan dengan sejumlah negara di Eropa, ASEAN, dan sejumlah negara lainnya. Bahkan Mahendra, mengutip pemberitaan media internasional, menyebut bursa saham Eropa brutal.

“Kata kuncinya adalah brutal dalam berita ini karena dikatakan, pasar Eropa turun disebabkan oleh kondisi yang brutal akibat perang di Ukraina, inflasi yang tinggi, dan kebijakan moneter yang ketat,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper