Bisnis.com, JAKARTA – Nasib aset kripto terbesar, Bitcoin, jauh dari harapan banyak pihak sepanjang tahun 2022 ini. Aset kripto yang digadang-gadang bisa menembus US$100.000 ini kini hanya bernilai kurang dari US$20.000.
Berdasarkan data Coinmarketcap pada Sabtu (31/12/2022), Bitcoin terpantau di posisi US$16.580 pada pukul 0.52 WIB. Sepanjang tahun ini, Bitcoin telah ambles 64,18 persen dari posisinya di kisaran US$46.000.
Anjloknya Bitcoin juga turut menyeret hampir seluruh aset kripto lain atau Altcoin. Ethereum, aset kripto terbesar kedua, telah anjlok 67,62 persen.
Sepanjang tahun ini, Bitcoin terbebani oleh kebijakan Federal Reserve yang hawkish dan serangkaian skandal dan anjloknya proyek-proyek kripto yang pernah dibanggakan. Meskipun anjlok lebih dari 60 persen, ini bukan kinerja tahunan terburuk yang pernah dialami Bitcoin.
Kepala analis Miller Tabak+Co Matt Maley mengatakan orang-orang tidak memahami seberapa besar cryptocurrency menjadi kelas aset 'easy money’ pada tahun 2020 dan 2021.
"Beberapa kripto akan bertahan dan bahkan menguat di masa depan, tetapi mereka bergerak terlalu jauh, terlalu cepat setelah Fed menerapkan kebijakan suku bunga nol dan pelonggaran moneter besar-besaran,” ungkap Maley seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (31/12/2022).
Baca Juga
Sekarang setelah program-program ini menghilang, lanjutnya, akan membutuhkan waktu lebih lama bagi aset kripto untuk mencapai potensi penuhnya.
Tom Lee dari Fundstrat pada akhir 2021 mengatakan bahwa aset kripto dapat dengan mudah mencapai US$100,000 pada tahun 2022 dan bahkan dapat mencapai kisaran US$200.000.
Sementara itu, pada awal Januari, analis Goldman Sachs memperkirakan Bitcoin dapat mencapai US$100,000 dalam lima tahun ke depan karena karena mengambil pangsa pasar dari emas. Investor pro-aset kripto Mike Novogratz juga memprediksi Bitcoin mencapai level US$500,000 dalam kerangka waktu yang sama.
Namun, banyak analis di awal tahun salah membaca seberapa agresif The Fed akan menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi. Bank sentral lain di seluruh dunia juga menaikkan suku bunga, sehingga menciptakan lingkungan negatif bagi aset berisiko seperti kripto.
Saham-saham terkait kripto juga ambles pada tahun 2022. Coinbase Global Inc. dan Marathon Digital Holdings Inc. masing-masing merosot sekitar 90 persen, Riot Blockchain Inc. melemah 85 persen, dan MicroStrategy Inc. ambles 74 persen.
Analis senior Arcane Vetle Lunde mengatakan tahun 2020 dan 2021 adalah pesta kebijakan suku bunga nol, sehingga cenderung memberikan daya tarik terhadap aset berisiko seperti kripto. Namun hal itu berbalik di tahun ini.
"Pada tahun 2022, pesta tersebut berakhir. Keberuntungan tidak berpihak pada yang berani, dan kripto memasuki siklus malapetaka yang konsisten, diwarnai oleh default dan penipuan," ungkapnya.
Tahun 2022 memberikan pukulan beruntun bagi industri kripto, mulai dari runtuhnya blockchain Terra yang membuat sejumlah pemberi pinjaman kripto gulung tikar, hingga kebangkrutan FTX.