Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Risiko Pasar Obligasi Tahun Depan Meksipun Masih Menjanjikan

Risiko terbesar pasar obligasi datang dari potensi hard landing perekonomian global setelah krisis setahun terakhir.
Risiko terbesar pasar obligasi datang dari potensi hard landing perekonomian global setelah krisis setahun terakhir.
Risiko terbesar pasar obligasi datang dari potensi hard landing perekonomian global setelah krisis setahun terakhir.

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar surat berharga negara (SBN) masih menghadapi sejumlah risiko pada 2023, terlepas dari prospek positifnya bagi investor di tengah tren kenaikan suku bunga yang bakal mencapai puncak.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menjelaskan risiko terbesar pasar SBN atau obligasi datang dari potensi hard landing perekonomian global setelah krisis setahun terakhir. Hal itu bisa memicu risk-off sentimen di pasar obligasi, terutama di negara berkembang.

“Sementara dari domestik, risiko pelemahan mata uang rupiah berlanjut bisa memicu kenaikan imported inflation,” kata Handy ketika dihubungi, Kamis (28/12/2022).

Berkaitan dengan hengkangnya Bank Indonesia dari pasar perdana pada 2023, Handy menilai risiko dari ketiadaan burden sharing bisa dimitigasi dengan kembalinya kebijakan fiskal yang prudent. Artinya, kebutuhan pembiayaan juga akan turun sejalan dengan turunnya defisit anggaran.

Selain itu, lanjut Handy, pemerintah juga mempunyai fleksibilitas pembiayaan program pinjaman maupun nonutang yang bisa mengurangi target lelang. Pemerintah juga berhasil melakukan debt switch dengan menukar tenor pendek dengan tenor panjang.

“Dengan likuiditas rupiah yang diperkirakan masih longgar, maka demand obligasi oleh investor domestik juga diperkirakan masih akan solid, bisa meminimalkan dampak dari tidak adanya burden sharing Bank Indonesia,” lanjutnya.

Handy memperkirakan investor asing akan kembali ke pasar SBN tahun dengan, seiring dengan ekspektasi suku bunga The Fed yang akan mencapai puncaknya pada kuartal I/2023. US Treasury yield diperkirakan akan melewati level tertingginya, begitu pula dengan indeks dolar Amerika Serikat (DXY).

Dalam hal strategi, Handy mengatakan investor harus gesit karena volatilitas yang diramal masih tinggi. Selain itu, investor harus rajin melihat peluang entry yang tepat.

“Saya merekomendasikan untuk beli tenor panjang pada saat suku bunga bank sentral, BI ataupun Fed, sudah di puncak,” katanya.

Dia juga memperkirakan minat investasi juga akan datang dari investor bermodal jumbo karena likuiditas yang diperkirakan masih longgar.

“Di saat ketidakpastian tinggi, justru biasanya obligasi jadi pilihan investasi karena memberikan cash flow kupon yang pasti dan nilai pokok investasinya tidak akan hilang kalau dipegang sampai jatuh tempo,” kata Handy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper