Bisnis.com, JAKARTA - Perkiraan resesi pada 2023 dinilai akan mempengaruhi perusahaan yang akan melaksanakan pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO). Analis memandang investor perlu berhati-hati jika memutuskan untuk berinvestasi pada saham IPO.
Equity & Fixed Analyst KGI Sekuritas Rovandi mengatakan tahun 2023 yang diperkirakan penuh tantangan karena potensi resesi global akan mempengaruhi perusahaan yang akan melakukan IPO, baik sebelum dan sesudah melakukan IPO.
"Ditambah selama 2022 ini, saham-saham yang IPO tidak memberikan hasil yang diharapkan, dengan harga yang lebih banyak berada di bawah harga IPO," kata Rovandi kepada Bisnis, Rabu (28/12/2022).
Sehingga, lanjut dia, hal ini memberikan trauma untuk investor melakukan investasi di saham IPO.
Rovandi menuturkan, di KGI Sekuritas, pihaknya lebih berhati-hati terhadap saham-saham yang melakukan IPO, dan menyarankan investor tidak bersikap fear of missing out atau (FOMO).
Sebagaimana diketahui, selama 2022 ini, terdapat 59 perusahaan baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di antara 59 saham emiten anyar tersebut, saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) menjadi saham dengan kenaikan tertinggi sebesar 1.575 persen, dari Rp100 ke level Rp1.675 pada akhir perdagangan Selasa (27/12/2022). Selain itu, delapan emiten baru lain mengalami lonjakan harga lebih dari 100 persen.
Kontras, sejumlah saham emiten baru merosot signifikan, seperti saham GOTO anjlok 74,5 persen dari level Rp338 ke level Rp86 per saham. Senada, saham KLIN turun 64 persen ke level Rp36.
Baca Juga
Adapun, untuk menghindari jebakan IPO atau IPO trap, Rovandi menyarankan investor untuk membaca prospektus IPO, hasil IPO, dan analisa analis secara fundamental.
"Jangan terpengaruh omongan di sosial media, karena pengalaman dari IPO di 2022, di mana banyak yang pom-pom saham di sosial media, tetapi menghilang ketika sahamnya jeblok," tuturnya.