Bisnis.com, JAKARTA – Pasar obligasi dapat menjadi pilihan menarik bagi investor di tahun 2023 seiring dengan melambatnya kenaikan suku bunga dan inflasi global. Investor disarankan untuk fokus mencari surat utang dengan return optimal dalam jangka pendek.
Direktur PT BNP Paribas Asset Management (BNP Paribas AM) Djumala Sutedja mengatakan kondisi pasar obligasi Indonesia secara agregat akan lebih baik pada tahun depan. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap menurunnya laju Inflasi dan kebijakan suku bunga di banyak negara sudah mencapai puncaknya.
Namun, Djumala juga masih melihat beberapa tantangan terutama pada kuartal awal di tahun depan akibat ketidakpastian terkait puncak kenaikan suku bunga.
“Jika kenaikan suku bunga di AS yang semakin agresif berimbas ke resesi di negara tersebut, investor perlu mengantisipasi gejolak pasar, baik di pasar obligasi maupun rupiah,” dikutip dari keterangan resmi, Kamis (22/12/2022).
Meski demikian, BNP Paribas AM memandang reaksi pasar obligasi Indonesia diperkirakan akan lebih ringan dibandingkan dengan siklus sebelumnya berkat dukungan kondisi eksternal fundamental yang relatif lebih baik.
Djumala memaparkan jika dibandingkan dengan tren kenaikan suku bunga global pada 2018 lalu, kondisi pasar obligasi Indonesia saat ini cenderung lebih baik. Tercatat, imbal hasil obligasi Indonesia pada 2018 lalu mencapai hampir 9 persen, sedangkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menembus level 10 persen.
Baca Juga
“Sementara saat ini, rupiah tidak hanya berkinerja lebih baik dari negara-negara di Asia, tingkat volatilitas imbal hasil obligasi pun lebih kecil dibanding negara lain,” katanya.
Seiring dengan kondisi tersebut, BNP Paribas AM menyarankan investor untuk fokus pada obligasi yang mengantarkan return optimal atau income generation ketimbang durasi. Djumala merekomendasikan posisi taktis ini dilakukan dalam jangka pendek.
“Ketika outlook kebijakan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi global sudah menunjukkan tren yang lebih stabil, maka barulah investor dapat beralih ke strategi yang sifatnya mengarah pada pengambilan risiko durasi,” pungkasnya.