Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Turun ke US$71 per Barel, Anjlok 11 Persen Sepekan

Harga WTI bersama dengan minyak mentah Brent telah melepaskan semua keuntungannya untuk tahun ini dan merosot 11 persen pekan ini.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia membukukan kerugian mingguan terbesar sejak April 2022 karena pasokan yang rendah memicu perubahan harga yang besar.

Mengutip Bloomberg, Sabtu (10/12/2022), harga West Texas Intermediate sempat turun di bawah US$71 per barel ke harga terendah dalam setahun. Patokan harga AS bersama dengan minyak mentah Brent telah melepaskan semua keuntungannya untuk tahun ini dan merosot 11 persen pekan ini.

Perdagangan tipis telah memperparah fluktuasi harga, dengan volatilitas naik lagi pada Jumat karena data inflasi AS yang lebih kuat dari perkiraan.

TC Energy Corp. berencana untuk menyalakan kembali one leg pipa minyak Keystone yang ditutup mulai Sabtu, menyusul tumpahan minyak mentah sebesar 14.000 barel.

Sementara itu, Shell Plc. telah memulihkan operasi normal ke segmen pipa 20 inci dari sistem minyak mentah Zydeco setelah menjalankannya dengan tarif yang dikurangi sejak November 2022. Awal pekan ini, ada beberapa kekhawatiran gangguan Keystone akan mengurangi stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, atau pusat penyimpanan terbesar di negara bagian AS tersebut.

Pedagang Energi Senior CIBC Private Wealth Management Rebecca Babin menilai minyak mentah tidak dapat menemukan penawaran karena pipa Keystone tampaknya akan kembali bekerja dalam waktu singkat.

“Untuk saat ini, setiap berita utama dilihat melalui perspektif bearish dan pembeli tidak termotivasi untuk terlibat sampai mereka melihat sinyal permintaan membaik,” jelasnya.

Adapun penurunan WTI pada Jumat terjadi di tengah reli kecil pada awal hari yang dipicu oleh pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan negara itu dapat memangkas produksi sebagai tanggapan atas pembatasan G-7 pada harga minyak mentahnya.

"Komentar dari Rusia tentang pemotongan produksi dianggap sebagai taktik untuk membicarakan harga dan bukannya memberikan dampak yang berarti pada pasokan,” kata Babin.

Minyak mentah sekarang berada di jalur untuk penurunan kuartalan berturut-turut pertama sejak pertengahan 2019 di tengah prospek ekonomi yang suram karena bank sentral memperketat kebijakan moneter, meskipun Menteri Keuangan Janet Yellen masih melihat AS menghindari resesi.

Investor juga menilai dampak dari pembatasan harga minyak Rusia, yang telah menyebabkan macetnya kapal tanker di perairan Turki karena kebuntuan atas asuransi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper