Bisnis.com, JAKARTA - Emiten peternakan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. (WMPP) mencatatkan penurunan pendapatan dan rugi per kuartal III/2022 akibat wabah PMK.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2022, dikutip Jumat (2/12/2022), emiten bersandi WMPP ini mencatatkan penjualan bersih Rp3,34 triliun anjlok 26,4 persen dari realisasi tahun lalu Rp4,54 triliun.
Penurunan penjualan terutama karena penjualan sapi yang anjlok 61,44 persen menjadi Rp514,41 miliar. Penurunan tersebut bersamaan dengan turunnya pendapatan karkas 8,4 persen menjadi Rp1,89 triliun.
Penjualan daging dan daging olahan juga turun menjadi Rp452,6 miliar, beras turun menjadi Rp110,48 miliar.
Lini bisnis unggas masih menjadi kontributor utama penyumbang pendapatan Perusahaan sebesar 61 persen, diikuti dengan lini bisnis peternakan sapi potong sebesar 16 persen, makanan olahan sebesar 15 persen, komoditas pertanian sebesar 4 persen, dan energi serta konstruksi sebesar 5 persen. Secara keseluruhan Perusahaan membukukan pendapatan hingga 3,3 triliun rupiah pada kuartal III 2022.
Chief Executive Officer Widodo Makmur Perkasa Tumiyana menegaskan masih mahalnya harga pakan ternak unggas nasional dan dampak wabah endemi Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) pada ternak sapi menjadi faktor utama yang menekan pendapatan dan laba Perusahaan.
Baca Juga
Hal ini tidak hanya dialami oleh PT Widodo Makmur Perkasa, Tbk tetapi juga industri ternak unggas dan sapi potong secara umum di Indonesia.
“Kami memahami bahwa saat ini industri peternakan secara umum menghadapi kondisi yang menantang, di mana harga pakan unggas masih mahal dan dampak endemi PMK belum selesai. Kami terus berinovasi untuk menjawab tantangan tersebut untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi," jelasnya, Jumat (2/12/2022).
Beban pokok penjualan WMPP turut menurun menjadi Rp2,91 triliun dari Rp3,93 triliun. Hal ini membuat laba kotor perseroan tetap berkurang menjadi Rp426,19 miliar dari Rp600 miliar.
Sementara itu, beban umum dan administrasi malah meningkat menjadi Rp202,14 miliar, sehingga laba usaha tergerus menjadi Rp221,74 miliar.
Perseroan juga mencatatkan beban lain-lain bersih senilai Rp177,03 miliar sehingga laba sebelum pajak penghasilan anjlok signifikan dari 271,21 miliar pada 9 bulan tahun lalu menjadi hanya RP44,7 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak dan lain hal, WMPP mencatatkan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp10,34 miliar per kuartal 2022, padahal pada periode yang sama 2021 WMPP mencatatkan laba bersih sebesar Rp175,1 miliar.
Tumiyana juga menambahkan bahwa jika dilihat dari data nasional (FAO Agricultural Outlook) bahwa konsumsi daging di Indonesia masih memiliki peluang untuk kembali naik. Terlebih pemerintah juga telah menggencarkan program vaksinasi PMK sehingga diharapkan endemi dapat segera selesai.
Sejalan dengan langkah mitigasi PMK yang ditetapkan oleh Pemerintah, Perusahaan juga telah menerapkan sejumlah aksi pencegahan agar ternak sapi Perusahaan tetap aman dan sehat seperti menerapkan biosecurity di operasional Perusahaan.
Biosecurity adalah langkah pengamanan pertama yang dilakukan saat terjadinya wabah, sehingga wabah tidak menyebar luas. Perusahaan juga mengontrol secara ketat akses keluar masuk area operasional untuk mencegah virus dari luar terbawa masuk ke dalam area Perusahaan.