Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Melejit Tersengat Risalah The Fed

S&P 500 dan Nasdaq 100 membukukan kenaikan untuk sesi kedua berturut-turut, sementara pengukur fear gauge Wall Street, Indeks Volatilitas Cboe, melemah.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York berakhir di zona hijau pada Rabu (23/11/2022) waktu setempat setelah risalah pertemuan Federal Reserve menunjukkan sebagian besar pejabat mendukung perlambatan laju kenaikan suku bunga acuan. 

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (24/11/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,28 persen atau 95,96 poin ke 34.194,06, S&P 500 melejit 0,59 persen atau 23,68 poin ke 4.027,26, dan Nasdaq menanjak 0,99 persen atau 110,91 poin ke 11.285,32. 

S&P 500 dan Nasdaq 100 membukukan kenaikan untuk sesi kedua berturut-turut. Sementara obligasi pemerintah AS menguat, dengan imbal hasil tenor 10 tahun sekitar 3,69 persen. Pengukur fear gauge Wall Street, Indeks Volatilitas Cboe, jatuh ke level terendah dalam lebih dari tiga bulan. Pasar saham dan obligasi AS akan ditutup pada Kamis untuk liburan Thanksgiving.

Beberapa pejabat The Fed mendukung kebutuhan untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga, risalah rapat bank sentral 1-2 November menunjukkan. Hanya sebagian kecil dari pejabat ini yang menggarisbawahi perlunya suku bunga yang lebih tinggi. 

Sejak pertemuan terakhir The Fed, investor telah mengurai kumpulan data ekonomi yang sedikit meredakan kekhawatiran inflasi, semakin memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih kecil.

“Risalah itu dovish karena mereka mengakui melemahnya permintaan konsumen dan pengetatan kondisi ekonomi serta keuangan internasional,” kata Jay Hatfield dari Infrastructure Capital Management.

Namun, beberapa investor berpikir bahwa risalah rapat tidak menyampaikan sesuatu yang baru dan bahwa pasar mungkin bereaksi berlebihan terhadap perubahan sinyal The Fed yang dirasakan.

"Risalah mengatakan bahwa kenaikan bisa lebih kecil dari 75bps tetapi juga bahwa tingkat suku bunga harus lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, yang juga cukup banyak yang telah disinyalir oleh semua orang di Fed," kata Max Gokhman, Kepala Investasi AlphaTrAI. 

Sementara itu, indeks dolar AS turun untuk hari kedua karena investor menilai sejumlah data ekonomi baru. Aktivitas bisnis di AS terus berkontraksi dan data terpisah menunjukkan pengajuan pengangguran AS naik lebih dari yang diharapkan, sebagai tanda pendinginan di pasar tenaga kerja. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper