Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menargetkan kenaikan kontribusi bisnis hijau dan petrokimia, seiring dengan target perusahaan untuk mencapai nol emisi pada 2060.
Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menjelaskan bahwa bisnis energi fosil masih menjadi kontributor pendapatan Pertamina, dengan sumbangan pada 2022 diperkirakan mencapai 86 persen. Sementara itu, porsi kontribusi bisnis hijau masih 5 persen dan petrokimia sebesar 9 persen.
Pertamina menargetkan kontribusi bisnis hijau bisa mencapai 13 persen pada 2030, sedangkan kontribusi energi fosil turun menjadi 66 persen dan petrokimia di level 21 persen. Pada 2060, kontribusi bisnis hijau diharapkan mencapai 30 persen, petrokimia 26 persen, dan energi fosil 44 persen.
“Kami menyiapkan langkah dekarbonisasi dan membangun bisnis baru dengan inisiatif hijau seperti energi baru terbarukan, biofuel, carbon capture storage, kendaraan listrik, dan bisnis hidrogen dan karbon,” kata Emma dalam CEO Networking, Kamis (24/11/2022).
Untuk mencapai target ini, Emma menyebutkan Pertamina telah mulai mengalokasikan belanja modal sebesar 14,5 persen dalam kurun 2022—2030 untuk bisnis energi yang lebih hijau. Namun, dia juga menggarisbawahi bahwa transisi energi di Indonesia tidak bisa serta-merta dilakukan dengan mengadopsi langkah-langkah yang diterapkan negara lain.
“Indonesia tidak bisa langsung menyontek transisi energi negara lain, tetapi perlu memanfaatkan resources di dalam negeri seperti panas bumi, surya, dan lainnya,” kata dia.
Baca Juga
Emma menyebutkan kebijakan transformasi energi yang diusung Pertamina juga tetap mempertimbangkan kemampuan produksi dari kapasitas yang telah ada. Hal ini untuk memastikan bahwa keamanan pasokan energi di dalam negeri tetap terjaga meskipun terdapat upaya untuk mengurangi porsi energi fosil dalam bisnis perseroan.