Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham Perkasa, Manfaatkan Momentum Window Dressing

Investor dapat melakukan strategi average down pada pasar saham dan reksa dana memanfaatkan momentum terkoreksinya IHSG serta adanya potensi window dressing.
Investor dapat melakukan strategi average down pada pasar saham dan reksa dana memanfaatkan momentum terkoreksinya IHSG serta adanya potensi window dressing.
Investor dapat melakukan strategi average down pada pasar saham dan reksa dana memanfaatkan momentum terkoreksinya IHSG serta adanya potensi window dressing.

Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana saham mencatatkan pertumbuhan kinerja pada pekan lalu di tengah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sideways. Investor dapat melakukan pembelian memanfaatkan momentum koreksi IHSG dan window dressing.

Berdasarkan laporan Infovesta Utama pada Senin (14/11/2022), kinerja reksa dana saham pada periode 4 – 11 November 2022 terpantau naik 0,12 persen. Adapun, secara year to date (ytd) reksa dana saham mencatatkan return positif sebesar 1,86 persen.

Kenaikan pada reksa dana saham tersebut dipengaruhi oleh kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu. Tercatat, IHSG mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen ke level 7.089 meski bergerak sideways selama sepekan belakangan.

Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan Indonesia yang naik jadi 5,72 persen pada kuartal III/2022. Perolehan tersebut naik dari catatan kuartal II/2022 sebesar 5,45 persen dan di atas konsensus pasar sebesar 5,7 persen.

Kontribusi PDB terbesar masih ditopang oleh konsumsi yang sejalan dengan rilis data tingkat keyakinan konsumen meningkat ke level 120,3 poin.

“Di sisi lain, kinerja IHSG dipengaruhi oleh kinerja indeks Asia yang ditutup menguat,” jelas laporan tersebut.

Pada pasar Asia, pemerintah China melakukan relaksasi pembatasan wilayahnya setelah melakukan penguncian wilayah akibat kasus baru Covid-19. Komisi Kesehatan Nasional China mengambil langkah pelonggaran lebih signifikan dari kebijakan Zero Covid Policy sebelumnya. Hal itu menjadi sentimen positif untuk pasar.

Sedangkan dari global, rilis data inflasi di Amerika Serikat mengalami perlambatan menjadi 7,7 persen pada Oktober 2022 dan lebih rendah dari ekspektasi pasar. Tertekannya inflasi disebabkan oleh menurunnya biaya energi, makanan, serta harga mobil bekas dan truk.

Imbas dari perlambatan inflasi, mengungkit kinerja indeks global dan domestik yang mengalami penguatan menjelang akhir pekan lalu.

“Melihat kondisi pasar saat ini, investor dapat melakukan strategi average down pada pasar saham dengan memanfaatkan momentum terkoreksinya IHSG serta adanya potensi window dressing menjelang akhir tahun,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper