Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN karya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) mendapatkan rekomendasi beli di tengah upayanya melakukan rights issue seiring adanya setoran dari pemerintah. Berikut ini analisa saham BUMN itu.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menilai aksi penawaran umum terbatas atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue akan lebih marak dilakukan oleh korporasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Kami melihat aksi korporasi right issue akan lebih marak seiring dengan potensi perlambatan ekonomi imbas ketimpangan supply-demand, inflasi tinggi, dan kebijakan agresif mayoritas bank sentral sehingga, mendapatkan dana murah akan lebih menarik di era kenaikan suku bunga," ujarnya dalam keterangan Senin (7/11/2022).
Di sektor konstruksi, saat ini tengah berlangsung proses perdagangan rights issue PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sejak 28 Oktober hingga 8 November. ADHI mendapatkan setoran modal secara penuh dari pemerintah sebesar Rp1,97 triliun pada hari pertama perdagangan rights issue perseroan.
Dana hasil rights issue emiten berkode saham ADHI itu ditargetkan mencapai Rp3,8 triliun dan seluruhnya akan digunakan pengembangan bisnis sekaligus memperkuat struktur modal perseroan.
"Aksi right issue tersebut memang untuk mendapat sokongan dana PMN. Dana tersebut tentunya meningkatkan struktur permodalan perusahaan dengan tambahan modal yang mana berpotensi meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Apalagi ADHI ini juga mendapatkan proyek pekerjaan IKN yang mana meningkatkan raihan kontrak baru dan menopang profitabilitas perusahaan," kata Desy.
Baca Juga
ADHI juga baru saja merilis laporan keuangan kuartal/III 2022, pendapatan perseroan meningkat 24 persen (yoy) menjadi Rp9,1 triliun dan laba bersih juga naik 24 persen (yoy) menjadi Rp21 miliar.
Menurut Desy, memang berlanjutnya pemulihan ekonomi pada tahun ini, membuka peluang positif bagi emiten konstruksi mengingat pembangunan infrastruktur sejalan dengan rencana kerja pemerintah di mana sempat terhenti saat pandemi.
"Di samping itu, pendapatan ADHI secara konsolidasi juga mengalami kenaikan di mana masih ditopang oleh segmen konstruksi. Tak hanya itu, terpantau juga diversifikasi pendapatan dari segmen properti yang mengalami kenaikan meskipun tipis saja sebesar 13 persen. Segmen investasi dan konsesi pun mengalami kenaikan signifikan sebesar 234 persen," ujarnya
Desy pun merekomendasikan kepada investor untuk melakukan aksi beli atau BUY saham ADHI dengan target harga saham di Rp900.
Sementara itu, Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengatakan, aksi rights issue ADHI yang juga didukung oleh pemerintah dapat menambah likuiditas perseroan.
Pemerintah saat ini fokus untuk menyelesaikan proyek-proyek strategis nasional. Mirae Sekuritas berharap dari penambahan likuiditas melalui rights issue ini ADHI bisa mengembangkan bisnis dan memperkuat struktur modal perusahaan.
"Jadi semestinya investor juga berharap kinerja emiten tersebut masih mencatatkan kinerja yang positif. Hanya saja tantangannya debt to equity ratio yang masih relatif tinggi, ini kan berpengaruh sekali ke cashflow emiten," ujar Nafan.
Debt to Equity Ratio (hutang berbunga) ADHI pada September 2022 menurun menjadi 1,75 kali dibandingkan 2,03 kali pada September 2021. Selain itu, current ratio ADHI juga meningkat menjadi 1,20 kali pada September 2022 dari 1,02 kali pada September 2021.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.