Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan pada November 2022 dan kembali menguji level all-time high hingga akhir tahun, ditopang oleh performa positif emiten pada kuartal III/2022 dan prospek pertumbuhan ekonomi.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan kinerja emiten pada kuartal ketiga 2022 secara umum cukup solid, terutama di sektor perbankan dan batu bara yang labanya naik signifikan. Sebagai contoh, laba BMRI sampai kuartal III/2022 tumbuh 59 persen year-on-year (yoy), BBNI tumbuh 76 persen yoy, BBTN 50 persen yoy, dan BBCA 43 persen yoy.
“Pertumbuhan kinerja jauh melebihi rata-rata historis didukung oleh makin pulihnya kondisi ekonomi Indonesia setelah pandemi dan masih rendahnya tingkat suku bunga sehingga cost of fund juga rendah dan relatif mudah dalam menyalurkan kredit. Hal ini menjadi faktor utama moncernya kinerja sejak tahun lalu,” kata Pandhu ketika dihubungi Bisnis, Senin (31/10/2022).
Dari sektor pertambangan batu bara, Pandhu mencatat PTBA membukukan kenaikan laba sebesar 109 persen, didukung oleh masih tinggi harga batu bara dunia. Harga jual rata-rata tercatat 43 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Selain itu, produksi dan penjualan juga ikut meningkat.
Pandhu menilai hal ini memperlihatkan bahwa kondisi pasar batu bara masih sangat mendukung. Emiten batu bara lain diperkirakan akan segera menyusul melaporkan hasil positif.
Pandhu mencatat adanya penurunan kinerja pada sejumlah emiten besar, seperti emiten rokok HMSP akibat kenaikan cukai, penurunan laba TLKM akibat kerugian investasi di GOTO, dan AALI akibat penurunan produksi.
Baca Juga
“Untuk rekomendasi ke depan kami melihat sektor perbankan masih cukup menjanjikan, berbekal kinerja yang kuat dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif,” katanya.
Dia melanjutkan tantangan berisiko muncul dari tingkat suku bunga yang cenderung meningkat pada masa mendatang. Kenaikan suku bunga yang berlanjut juga dapat menggerus net interest margin (NIM) karena beban bunga juga berpotensi meningkat dan mempersulit penyaluran kredit.
“Sehingga untuk rekomendasi jangka pendek kami cukup menyukai sektor batu bara. Selain ada katalis kinerja kuartal III/2022, para emiten batu bara saat ini memiliki pundi cuan jumbo sehingga ada potensi dividen besar yang menjadi daya tarik bagi investornya,” lanjut Pandhu.
Dia tetap memperingatkan risiko harga batu bara global ke depan. Harga batu bara, kata dia, cenderung melambat dan kembali turun ke posisi normalnya.
Adapun untuk kondisi pasar pada November 2022, Pandhu mengatakan investor perlu memperhatikan data tingkat inflasi Indonesia yang diperkirakan konsensus akan naik tipis ke level 6 persen. Inflasi yang melanjutkan kenaikan juga bakal disusul oleh pengumuman suku bunga The Fed yang diperkirakan akan naik 75 basis poin sehingga mencapai level 4 persen.
Data ekonomi lain yang perlu diperhatikan adalah rilis produk domestik bruto (PDB) kuartal III/2022 yang diperkirakan melambat ke level 5,17 persen. Estimasi ini lebih rendah dari kuartal II/2022 yang mencapai 5,44 persen yoy. Kinerja ekonomi yang berada di bawah estimasi dia sebut bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar.
“Sebaliknya jika hasilnya lebih baik diharapkan dapat membawa IHSG kembali menguat. Bekal laporan keuangan kuartal ketiga cukup mendukung untuk membawa IHSG kembali menguji level all time high menjelang akhir tahun,” kata dia.
Sementara itu, hingga 13.57 WIB, IHSG anjlok 1 persen atau 70,78 poin ke level 7.028,11 dengan kapitalisasi pasar bursa Rp9.353,85 triliun.