Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) membuat reksa dana pendapatan tetap dan saham cenderung terpengaruh, investor dapat memanfaatkan reksa dana pasar uang di tengah fluktuasi saat ini.
President dan CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menjelaskan di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan investor khususnya untuk investor yang mengutamakan likuiditas.
Adapun, suku bunga acuan memang sudah naik 125 basis poin sejak awal tahun menjadi 4,75 persen dan secara keseluruhan dengan kenaikan tingkat suku bunga, yield obligasi akan mengalami kenaikan juga khususnya obligasi yang aktif diperdagangkan seperti SBN.
"Jadi, reksadana berbasis pendapatan tetap atau obligasi yang underlying portfolionya SBN secara tidak langsung pasti akan mengalami penurunan kinerja," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (25/10/2022).
Namun, kondisi pasar juga sangat dinamis, sehingga reksa dana berbasis saham juga juga akan tergantung strategi manajer investasi dalam pengelolaan portofolio berbasis saham tersebut.
Dengan kenaikan tingkat suku bunga tentunya kondisi pasar masih akan berfluktuasi, kinerja di 2 kelas aset tersebut yakni obligasi dan saham juga tergantung dengan faktor-faktor lain di luar dari kenaikan suku bunga. Dengan begitu, masih banyak faktor juga yang dapat mempengaruhi.
Baca Juga
Menurutnya, pada reksa dana berbasis obligasi risiko pelemahannya lebih terbatas, sehingga yang pasti kebijakan BI kemarin sudah cukup tepat karena salah satunya mempertimbangkan kenaikan tingkat suku bunga The Fed.
"Dengan kenaikan kemarin, spread antara US Treasury dan Indonesia Government bond secara tidak langsung juga lebih terjaga dan nilai tukar rupiah juga lebih stabil," katanya.
Guntur melihat potensi kinerja di bulan ini sampai dengan akhir tahun masih cukup baik tetapi investor juga perlu waspada dengan kondisi pasar yang dinamis.
Walaupun di tengah tren kenaikan tingkat suku bunga, kondisi makro perekonomian di Indonesia masih terbilang cukup baik. Saat ini, tingkat kenaikan inflasi yang secara relatif masih terkontrol, neraca perdagangan juga dalam kondisi surplus, dan nilai tukar relatif masih cukup kuat jika dibandingkan dengan negara lainnya.