Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Terus Naik, Cermati Reksa Dana Ini

Kenaikan suku bunga dan sejumlah sentimen global membatasi pergerakan IHSG, sehingga reksa dana pasar uang yang stabil bisa menjadi pilihan investor.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin menjadi 4,75 persen pada Oktober 2022, menyusul sinyal kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve hingga akhir tahun ini. Di tengah kondisi tersebut, reksa dana pasar uang bisa dicermati.

Tim Analis Bareksa menyebutkan, pergerakan pasar saham pekan ini masih akan diwarnai sentimen rilis laporan keuangan emiten kuartal III/2022, serta rilis data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan China yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

“Jika mayoritas data tersebut sesuai ekspektasi pasar, akan jadi sentimen positif bagi reksa dana berbasis saham,” tulis Tim Analis Bareksa dalam riset, Senin (24/10/2022).

Di sisi lain, kabar kenaikan agresif suku bunga acuan AS hingga akhir 2022 mendorong pelemahan rupiah, serta pelemahan yield acuan obligasi Indonesia yang mencapai level 7,5 persen. Hal ini mengakibatkan pelemahan di pasar obligasi, terutama Surat Berharga Negara (SBN).

Yield SBN acuan diproyeksikan bisa menuju ke level 7,6-7,7 persen, seiring potensi Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan ke level 5 persen guna menjaga stabilitas rupiah terhadap dolar AS.

Mempertimbangkan sentimen-sentimen tersebut, Tim Analis Bareksa memproyeksikan IHSG akan bergerak terbatas pada awal pekan ini, setelah pekan lalu naik cukup signifikan. Investor dapat melakukan akumulasi investasi secara bertahap di reksadana saham dan reksadana indeks, jika IHSG dapat mengalami pullback penurunan ke kisaran level 6.800.

Selanjutnya, investor dengan profil risiko moderat bisa tetap mencermati reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, hingga yield SBN acuan dapat lebih stabil.

“Investor bisa mempertimbangkan untuk kembali masuk berinvestasi secara bertahap di reksa dana pendapatan tetap berbasis SBN, jika yield dapat menyentuh level 7,6 persen,” papar Tim Analis Bareksa.

Sementara itu, untuk investor semua profil risiko bisa tetap mendiversifikasi investasinya di reksadana pasar uang yang umumnya lebih stabil, di tengah gejolak pasar modal saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper