Bisnis.com, JAKARTA — Penaikan harga emas bergantung pada nilai suku bunga. Jika Bank Sentral Amerika Serikat 'The Fred' berhenti menaikkan nilai suku bunga secara agresif , maka harga emas akan berpotensi naik.
The Fed diprediksi akan berhenti menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun 2023 mendatang. Menguatnya harga emas terjadi setelah Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa terdapat sebagian pejabat The Fed yang sedang menuju kenaikan suku bunga lain sebesar 75 bp di bulan November 2022 mendatang.
Tampaknya, beberapa anggota The Fed lainnya telah mulai mengisyaratkan keinginan mereka untuk segera memperlambat laju kenaikan.
Dilansir dari Reuters, Senin (24/10/2022), Ahli Strategi Komoditas TD Securities mengatakan bahwa artikel WJS yang melaporkan laju kenaikan suku bunga sedang dipertimbangkan dengan baik oleh para pelaku pasar.
Sementara itu Kepala Pedagang di U.S. Global Investor, menyebut bahwa dengan emas mencapai di titik terendah. Dengan begitu, maka keinginan pembelian pada masyarakat akan meningkat.
Tak hanya itu, nilai tukar rupiah juga dapat memberikan dampak ke harga emas batangan. Emas dunia dibanderol dengan dolar Amerika Serikat. Apabila nilai tukar rupiah dalam kondisi melemah maka harga emas akan menguat atau menjadi lebih mahal.
Dilansir dari situs resmi Pegadaian, Senin (24/10/2022), harga emas hari ini Antam ukuran terkecil yakni 0,5 gram dijual seharga Rp541.000.
Kemudian untuk harga emas 24 karat UBS dengan ukuran yang sama dijual dengan Rp499.000. Emas Antam 24 karat ukuran 1 gram dijual sebesar Rp978.000 dan emas 24 karat UBS dijual dengan Rp934.000.
Tak hanya itu, untuk harga emas batangan 10 gram cetakan Antam hari ini dihargai Rp9.253.000. kemudian untuk cetakan Antam 50 gram dijual dengan Rp45.920.000.
Sementara itu, untuk harga emas batangan 10 gram cetakan UBS dihargai Rp9.112.000, dan untuk ukuran 50 gram cetakan UBS dijual seharga Rp45.372.000.