Bisnis.com, JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas memberikan rating overweight dengan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) sebagai pilihan utama diantara sektor batu bara lainnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap menyebutkan harga batu bara masih volatil dalam beberapa pekan terakhir lantaran kemungkinan adanya peningkatan paskan gas ke Eropa dari Rusia. Sampai dengan perdagangan Jumat (21/10/2022), harga batu bara mencatat penurunan 1,77 persen ke US$391,4 per ton.
Di sisi lain, untuk mengantisipasi musim dingin, China sedang mencari cara untuk meningkatkan produksi batu bara dan pasokannya. Salah satu rencananya adalah mempercepat kapasitas produksi batu bara sebesar 300 juta ton pada 2022 dan menyetujui kapasitas produksi dan output yang lebih tinggi serta memberi persetujuan pada proyek-proyek baru.
Akibatnya, volume produksi batu bara China meningkat 14,4 persen sampai dengan akhir Agustus 2022 yang artinya tingkat impor batu bara akan lebih rencah sampai 15,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Kami melihat tren ini akan berlanjut selama Oktober, karena cuaca yang lebih dingin akan menyebabkan permintaan lebih rendah sebelum masuk musim dingin mendatang mulai Desember hingga Maret,” jelas Juan dalam riset, dikutip Minggu (23/10/2022).
Ke depan, analis Mirae Asset Sekuritas melihat harga batu bara masih akan tetap tinggi sampai akhir tahun karena memperkirakan adanya peningkatan permintaan batu bara menjelang musim dingin.
Baca Juga
Dari sisi pasokan, keterbatasan pasokan juga masih akan terjadi selama sisa tahun ini karena Indonesia dan Australia sebagai eksportir batu bara terbesar dunia telah mencapai batas produksi ditambah dengan musim hujan dan adanya aksi mogok di Afrika Selatan yang mengganggu kegiatan ekspor.
Dengan kondisi yang ada, emiten yang akan diuntungkan adalah mereka yang memproduksi batu bara kalori tinggi seperti ITMG, sedangkan ADRO dan PTBA memproduksi kadar kalori menengah ke rendah.
“Kami mempertahankan penilaian overweight untuk sektor batu bara Indonesia. Namun kami merekomendasikan ADRO sebagai pilihan teratas,” ungkap Juan.
Hal ini melihat pendapatan yang lebih tinggi sepanjang 2022 dari kenaikan harga batu bara serta kenaikan volume penjualan dan diversifikasi ke sektor non batu bara.
Sementara itu, risiko yang mungkin dihadapi adalah harga batu bara yang terus mengalami penurunan atau adanya perubahan regulasi terkait perdagangan batu bara ke depan.
“Kami mempertahankan penilaian overweight untuk sektor batu bara Indonesia. Namun kami merekomendasikan ADRO sebagai pilihan teratas dengan target harga di Rp4.500 per saham,” ungkap Juan.
Saham ADRO terakhir diperdagangkan turun 1 persen atau 40 poin ke Rp3.960. Sepanjang 2022 berjalan, harga sahamnya naik 76 persen, dan dalam setahun bertumbuh 125 persen.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.