Bisnis.com, JAKARTA — Emiten jasa distribusi gas bumi PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mendirikan anak usaha baru bernama PT Banggai Ammonia Indonesia dengan porsi kepeilikan sebesar 40 persen.
Berdasarkan keterbukaan informasi, pendirian anak usaha tersebut telah dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2022. Banggai Ammonia Indonesia bergerak di bidang industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi, gas alam dan batu bara atau emas hitam.
“Kepemilikan saham perseroan pada pendirian Banggai Ammonia Indonesia sebesar 40 persen atau sejumlah nominal Rp1 miliar,” tulis Corporate Secretary Rukun Raharja Yuni Pattinasarani, yang dikutip Bisnis, Selasa (18/10).
Yuni menambahkan, pendirian anak usaha baru tetsebut tidak memiliki dampak signifikan terhadap kondisi keuangan, kegiatan operasional, maupun kelangsungan usaha Rukun Raharja.
Di sisi lain, emiten yang bergerak di bidang minyak dan gas ini menargetkan laba bersih tumbuh hingga 2 kali lipat pada tahun 2023. Selain itu, pendapatan juga diproyeksi naik 28 persen menjadi US$155 juta.
Direktur Keuangan Rukun Raharja Okan Lesmana menjelaskan sangat optimistis kinerjanya bakal melompat pada tahun depan atau 2023 seiring dengan rampungnya sejumlah proyek perseroan, termasuk beroperasi komersilnya Pipa Gas Blok Rokan.
Baca Juga
"Kami berharap dan optimistis estimasi pendapatan 2022 bisa rebound dari tahun sebelum atau saat pandemi Covid-19. Kami perkirakan tahun ini bisa bukukan US$120 juta dan 2023 berharap ada peningkatan lumayan baik sekitar 25 persen-28 persen jadi US$155 juta," terangnya.
Selain itu, Rukun Raharja menargetkan laba bersih dapat tumbuh menjadi US$6 juta-US$7 juta pada tahun ini. Pada 2023, target laba bersihnya melompat 228,5 persen menjadi antara US$20 juta-US$23 juta. Perseroan mencatatkan kinerja yang terus meningkat pasca pandemi Covid-19 yang selama 2 tahun ini cukup mempengaruhi bisnis perseroan dan juga industri energi gas.
Berdasarkan Laporan Keuangan yang berakhir 30 Juni 2022 (unaudited), perseroan melaporkan total pendapatan sebesar US$56 juta, meningkat 12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari US$50 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan pendapatan perseroan berasal dari peningkatan pendapatan penjualan gas, kontribusi unit bisnis baru perseroan yaitu LPG Terminal di Rembang, dan Operation & Maintenance pada pembangkit tenaga panas bumi (PLTP) Geothermal Star Energy Gunung Salak.
Kemudian, laba kotor dan laba bersih tahun berjalan persen meningkat masing-masing sebesar 16 persen dan 977 persen atau menjadi US$9,1 juta dan US$3,3juta. Kenaikan laba bersih yang ini dipengaruhi oleh peningkatan bagian laba dari investasi perseroan pada unit bisnis investasi hulu. Hal ini terkait dengan kenaikan harga minyak mentah yang cukup tinggi pada semester I/2022 dibandingkan semester I/2021.