Bisnis.com, JAKARTA – Prospek penurunan harga komoditas dan isu pemilihan umum menjadi sejumlah katalis yang membayangi outlook pasar saham Indonesia pada tahun 2023 mendatang.
Executive Director JP Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo memaparkan sejumlah sentimen akan membayangi prospek pasar saham Indonesia pada tahun 2023. Menurutnya, salah satu hal yang akan diperhatikan pasar adalah dampak laju inflasi.
Ia menjelaskan pasar akan mencermati dampak langkah kenaikan harga BBM yang dilakukan tahun ini terhadap laju inflasi Indonesia. Selain itu, keputusan terkait kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan dampaknya terhadap tingkat konsumsi masyarakat juga akan mempengaruhi kondisi pasar modal domestik.
Kemudian, tren kenaikan harga komoditas seperti batu bara juga diyakini tidak akan sesignifikan dibandingkan tahun ini. Menurutnya, tren harga yang tinggi masih akan terjadi setidaknya hingga semester I/2023.
“Kemungkinan commodity supercycle kembali terjadi tahun depan sepertinya kecil. Kenaikan harga komoditas menurut saya akan ditopang oleh permintaan energi dari Eropa yang akan memasuki musim dingin,” jelasnya dalam sesi diskusi pada Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2022, Jumat (14/10/2022).
Selanjutnya, isu Pemilu Presiden 2024 juga akan dipantau oleh pelaku dan investor global. Meskipun pemilihan tersebut akan terjadi pada 2024, pasar akan mencermati koalisi – koalisi yang terbentuk sepanjang tahun depan untuk menentukan strategi dan posisi investasinya.
Baca Juga
Adapun, sentimen eksternal lain yang akan mempengaruhi pasar saham Indonesia adalah tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina serta China dan Taiwan.
“Selain Rusia – Ukraina, tensi China – Taiwan menurut kami juga perlu diperhatikan. Jika Taiwan mengalami konflik yang cukup signifikan dengan China, maka inflasi global bisa naik secara signifikan mengingat posisinya sebagai penghasil chip elektronik dan komponen semikonduktor,” jelas Henry.