Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York jatuh ke level terendah dalam dua tahun pada perdagangan Rabu (12/10/2022) waktu setempat, yang berpotensi merambat ke pasar Asia termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (13/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,10 persen atau 28,34 poin ke 29.210,85, S&P 500 tergelincir 0,33 persen atau 11,81 poin ke 3.577,03, dan Nasdaq melemah tipis 0,09 persen atau 9,09 poin ke 10.417,10.
Sementara itu, bursa saham berjangka untuk Jepang, Australia dan Hong Kong terpuruk, setelah S&P 500 ditutup pada level terendah sejak November 2020. Indeks dolar AS bertahan pada laju kenaikan dan yen Jepang jatuh ke level terendah baru 24 tahun yang membuat para pedagang waspada terhadap intervensi dari otoritas Jepang. Adapun obligasi pemerintah AS terpantau reli.
Investor gelisah karena mereka menunggu data harga konsumen AS yang dapat menentukan apakah Federal Reserve dapat memberikan kenaikan suku bunga besar keempat berturut-turut, menumpuk lebih banyak tekanan pada ekonomi dunia.
Risalah yang dirilis pada Rabu dari pertemuan terakhir Fed menyarankan beberapa pejabat mempertimbangkan untuk mengurangi laju kenaikan suku bunga, yang memicu lonjakan singkat di Wall Street, namun pada akhirnya kembali melemah.
"The Fed membutuhkan data untuk mulai menemukan jalan keluar. Itu adalah pasar yang sulit untuk dimasuki. Sampai investor mendapatkan lebih banyak data, pasar harus mencari cara untuk menemukan pijakannya,” kata Carol Schleif, wakil kepala investasi di BMO Family Office kepada Bloomberg Television.
Baca Juga
Poundsterling menguat setelah hari yang sibuk bagi Bank of England melakukan pembeliaan obligasi. Hal ini menegaskan kembali pandangan bahwa dukungan darurat untuk pasar emas akan berhenti pada Jumat, bertentangan dengan laporan media yang menyarankan itu bisa bertahan.
Di pasar komoditas, Pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk menambahkan aluminium ke sanksi ekonomi terhadap Rusia. Di sisi lain, Vladimir Putin mengatakan setiap infrastruktur energi di dunia berisiko setelah kasus ledakan di jalur pipa Nord Stream. Pada penutupan perdagangan Rabu, harga acuan minyak mentah dunia turun lebih dari 2 persen.