Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Hari Ini Menguat Rp15.188 per Dolar AS, Besok Masih Perkasa?

Bersamaan dengan penguatan rupiah hari ini, won Korea Selatan juga menguat 0,58 persen, dan yuan China naik 0,13 persen.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah hari ini menguat tipis di hadapan dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (6/10/2022).

Mengutip data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup menguat tipis 5 poin atau 0,03 persen ke Rp15.188 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga mencatat penguatan 0,09 persen ke 111,17.

Bersama dengan rupiah, yen Jepang juga menguat 0,01 persen, dolar Singapura menguat 0,16 persen, dolar Taiwan menguat 0,08 persen, won Korea Selatan menguat 0,58 persen, yuan China naik 0,13 persen, dan baht Thailand menguat 0,42 persen.

Di sisi lain, ringgit Malaysia melemah 0,05 persen, rupee India melemah 0,31 persen, dan peso Filipina melemah 0,01 persen

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar menguat di Kamis (6/10/2022) setelah pejabat tinggi Federal Reserve memperingatkan bahwa bank sentral AS belum hampir mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya.

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa siklus pengetatan kebijakan AS masih dalam masa-masa awal dan memperingatkan secara eksplisit agar tidak bertaruh pada prediksi awal.

Terlepas dari itu, Bostic menegaskan bahwa AS masih berada dalam tren lonjakan inflasi. Peringatan itu menjadi lebih penting setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, terutama Rusia, bertindak untuk menjaga harga minyak tetap tinggi dengan mengumumkan pemotongan besar dalam produksi mereka mulai bulan depan.

Harga energi yang tinggi telah menjadi salah satu kekuatan terkuat yang mendorong gelombang inflasi global selama setahun terakhir.

Dari sisi internal, Pemerintah masih dapat membuka opsi untuk menambah defisit anggaran. Misalnya menjadi 2,9 persen atau bahkan 2,95 persen terhadap PDB untuk mengakomodasi belanja yang diperlukan, sehingga laju inflasi berpotensi meningkat pada Oktober 2021 sejalan dengan imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Hal ini berdampak terhadap laju inflasi pada September naik 1,17 persen secara bulanan (month-on-month/mom). Ini merupakan rekor inflasi bulanan tertinggi sejak Desember 2014.

Secara tahunan inflasi Indonesia tercatat 5,95 persen (year-on-year/yoy). Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat, akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian BBM bersubsidi, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang tinggi, dan masih tingginya harga energi dan pangan global.

Merujuk ke data BPS, kenaikan BBM jenis Pertalite merupakan penyulut utama inflasi dengan andil sebesar 0,89 persen terhadap inflasi September 2022. Penyebab berikutnya adalah tarif angkutan dalam kota 0,09 persen, Solar 0,03 persen, dan tarif angkutan antar kota dengan andil 0,03 persen.

Beberapa komoditas pangan, turut menyumbang inflasi pasa September. Terutama komoditas cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng, cabai rawit, hingga beras. Kabar baiknya, ada juga komoditas pangan yang menghambat inflasi bulan lalu. Misalnya bawang merah, meski andil deflasi hanya 0,05 persen.

Dengan berbagai perkembangan tersebut diperkirakan mendorong inflasi 2022 melebihi batas atas sasaran 3 persen. Untuk itu diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023.

Untuk perdagangan besok, Jumat (7/10/2022), Ibrahim memperkirakan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.170 - Rp15.230.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper