Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Melonjak, Rupiah Tembus Rp15.300 per Dolar AS

Rupiah melemah 76 poin atau 0,50 persen ke Rp15.303 per dolar AS di tengah lonjakan inflasi.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup ambruk ke Rp15.303 per dolar AS pada perdagangan awal bulan, Senin (3/10/2022), di tengah rilis lonjakan data inflasi.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup turun 76 poin atau 0,50 persen ke Rp15.303 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS terpantau turun 0,16 persen ke 111,93.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS masih lebih kuat terhadap mata uang lainnya setelah pemerintah Inggris setuju untuk mempermudah rencananya untuk pemotongan pajak yang tidak didanai.

“Tren ini secara luas diperkirakan akan menguatkan dolar AS dalam beberapa bulan mendatang, karena beberapa bank sentral menaikkan suku bunga lebih jauh untuk memerangi inflasi yang membandel,” kata Ibrahim dalam risetnya, Senin (3/10/2022).

Pemerintah Inggris memutuskan untuk membatalkan usulan penghapusan tarif pajak penghasilan tertinggi, sebuah rencana yang telah banyak dikritik di Partai Konservatif yang berkuasa atas negara secara keseluruhan.

Menteri Keuangan baru Kwasi Kwarteng mengumumkan rencananya untuk memotong pajak secara substansial, termasuk tarif pajak penghasilan tertinggi sebagai bagian dari anggaran mini pada 23 September 2022.

Perdana Menteri Liz Truss juga berusaha untuk mempertahankan rencana tersebut di media selama akhir pekan, tetapi permohonannya tidak berhasil dengan beberapa anggota parlemen senior yang menyuarakan penentangan mereka terhadap kebijakan tersebut pada konferensi tahunan partai yang dimulai pada hari Minggu.

Di tempat lain, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga besar lainnya akhir bulan ini setelah data pada hari Jumat menunjukkan bahwa inflasi Zona Euro mengalahkan perkiraan, naik ke rekor tertinggi 10,0 persen pada September.

Dari sisi internal, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi pada September 2022 sebesar 1,17 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan secara tahunan menembus 5,95 persen year to year/yoy.

Data yang dirilis tersebut lebih baik dibandingkan ekspektasi para analis yaitu laju inflasi 1,2 persen mtm sedangkan angka inflasi tahunan sebesar 5,98 persen yoy.

Lonjakan inflasi didorong oleh naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pada 3 September 2022, pemerintah Indonesia telah menaikkan harga BBM Subsidi Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Disusul, harga Solar subsidi dikerek menjadi Rp6.800 per liter dari Rp5.150 per liter. Dua BBM Subsidi rata-rata naik 31,4 persen.

Walaupun inflasi masih di bawah ekspektasi para analis namun hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah untuk menjaga transmisi harga energi dan komoditas.

Sebagaimana diketahui, pada Agustus 2022, inflasi nasional telah mencapai 4,69 persen. Angka tersebut sudah mengalami penurunan, tetapi sumbangan terbesarnya tetap berasal dari kelompok harga pangan bergejolak, kemudian juga dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam harga kelompok barang yang ditentukan pemerintah.

Kemudian inflasi yang terus tinggi, selanjutnya adalah kecepatan dari normalisasi moneter dari negara-negara maju sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Sejalan dengan itu, ke depannya tekanan inflasi masih terus berlanjut, harga pangan dan energi masih terus mengalami peningkatan, dan disrupsi dari pasokan juga terus terjadi sehingga risiko untuk inflasi nasional masih berada di atas 4 persen pada 2022 dan 2023.

Secara bersamaan, Indeks PMI Manufaktur Indonesia naik menjadi 53,7 pada september 2022, dari level 51,7 pada Agustus. S&P Global Indonesia mencatat ini merupakan angka tertinggi sejak Januari tahun ini dan 13 tahun beruntun dengan kontraksi terakhir terjadi pada bulan Agustus tahun lalu, ketika varian delta menyebar luas.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.290 - Rp15.370 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper