Bisnis.com, JAKARTA — Profil komisaris perusahaan rokok PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM), Willy Walla meninggal dunia sepekan lalu. Kiprahnya selama menjadi pimpinan WIIM berhasil membawa perseroan mampu bersaing dengan emiten rokok lainnya.
Willy Walla meninggal dunia pada usia 73 tahun. Beliau menjabat sebagai Komisaris Utama Perseroan sejak 2012 berdasarkan Keputusan RUPS tanggal 5 Oktober 2012.
Sebelum berkarir di Wismilak, Willy Walla menyelesaikan pendidikan di bidang Matematika pada Chelsea College, University of London (1972).
Willy Walla juga sempat menjabat sebagai Presiden Direktur Wismilak pada 1994-2012, PT Gawih Djaja pada 1983-2007, dan PT Gelora Djaja pada 1986-2007. Jabatan Direktur Utama kemudian dialihkan kepada anak pertamanya, Ronald Walla.
Almarhum juga pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Galan Gelora Djaja, serta Komisaris PT Gelora Djaja dan PT Gawih Jaya.
Sebagai informasi, sampai akhir masa hidupnya, Willy berhasil membawa WIIM menjadi emiten rokok yang kinerjanya cemerlang di tengah kinerja mayoritas emiten rokok yang ambruk sepanjag semester I/2022.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan WIIM sampai dengan semester satu tahun ini, pendapatan bersih WIIM tercatat tumbuh hingga 38,20 persen.
Jika dibandingkan dengan perusahaan rokok tier satu lainnya, pendapatan bersih PT Gudang Garam Tbk (GGRM) hanya tumbuh 1,82 persen. Selain itu, kompetitornya lainnya PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 12,34 persen.
Adapun, pendapatan bersih WIIM pada semester I/2022 mencapai Rp1,63 triliun yang ditopang oleh penjualan dari Sigaret Kretek Mesin yang mencapai Rp1,30 triliun. Pendapatan dari segmen ini berkontribusi sebesar 79,84 persen terhadap total pendapatan bersih WIIM.
WIIM juga menjadi satu-satunya emiten rokok yang mencatatkan peningkatan laba bersih cukup besar pada paruh pertama tahun ini. Laba bersih WIIM pada semester I/2022 tercatat naik hingga 30,33 persen menjadi Rp82,16 miliar, tumbuh dari periode yang sama tahun lalu, hanya sebesar Rp63,04 miliar.
Jika dibandingkan kembali, emiten raksasa rokok GGRM justru mencatat penurunan laba hingga minus 59,37 persen. Sementara, HMSP laba bersihnya juga ikut merosot di angka minus 26,27 persen.