Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Bakrie, PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk. (JGLE) melepaskan 51,44 persen kepemilikan saham di PT Jungleland Asia (JLA) kepada PT Adiprotek Envirodunia (AE).
Direktur Utama Graha Andrasentra Propertindo, Resza Adikreshna menuturkan, manajemen JGLE berkeyakinan kehadiran AE di struktur kepemilikan JLA dapat memudahkan restrukturisasi utang kepada kreditur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
“Dekonsolidasi JLA tidak hanya mengeluarkan beban operasional dan beban keuangan JLA secara penuh yang selama beberapa tahun terakhir menekan kinerja perseroan, tapi juga memungkinkan perseroan untuk kembali mengembangkan proyek baru khususnya quick yielding projects, berupa tempat hunian tapak atau rumah dengan segmen menengah,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (29/9/2022).
Setelah melakukan divestasi, kini JGLE menggenggam 48,56 persen kepemilikan saham JLA. Penyertaan modal AE kepada JLA tercatat senilai Rp251 miliar melalui penerbitan saham baru JLA.
Dana tersebut akan digunakan oleh JLA untuk pembayaran angsuran pokok dan bunga kepada Bank BRI, serta penambahan modal kerja.
Dirinya memaparkan alasan melepaskan saham pengelola Jungleland Theme Park tersebut seiring dengan operasional JLA yang sempat dihentikan selama 2 tahun sehingga kehilangan pendapatan.
Baca Juga
“Sementara beban gaji karyawan dan pemeliharaan wahana tetap harus dikeluarkan, dan selain itu terdapat kewajiban pembayaran bunga ke pihak perbankan,” imbuh Resza.
Ada beberapa manfaat divestasi yang dilakukan JGLE tersebut, di antaranya struktur permodalan menjadi lebih sehat, rasio debt to equity (DER) yang menurun signifikan, serta optimalisasi cash flow untuk pengembangan proyek lain.
Selain itu, pelepasan saham juga diyakini akan dapat meningkatkan kinerja keuangan JGLE, serta menaikkan nilai kawasan Jungleland Adventure Theme Park yang telah direvitalisasi seluas 2,6 hektare.
Adapun dampak transaksi terhadap keuangan JGLE yang mengacu pada proforma laporan keuangan per 30 Juni 2022 yaitu penurunan aset sebesar 42 persen atau setara Rp1,25 triliun.
DER JGLE pun turun menjadi 37 persen, dari sebelumnya 55 persen seiring tidak dikonsolidasikannya utang JLA senilai Rp591,8 miliar.
Efek dilusi atas JLA menyebabkan penurunan kinerja keuangan atau profitabilitas JGLE sebesar 2.113 persen atau setara Rp761,83 miliar.
“Dengan kondisi ini, kami menargetkan perseroan dapat mencatatkan kinerja keuangan yang positif di tahun 2023 setelah dalam beberapa tahun terakhir mencatatkan kinerja keuangan yang negatif,” tutupnya.