Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN mengungkapkan penguatan dolar AS terhadap rupiah terjadi pula terhadap mata uang lain. Sementara, rupiah menguat terhadap mata uang lain, sehingga muncul kemungkinan mengganti utang BUMN dengan mata uang alternatif.
Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo menjelaskan sebenarnya rupiah melemah termasuk yang terbaik dibandingkan dengan mata uang lain terhadap dolar AS.
Pelemahan secara tahun berjalan antara 5--6 persen, tetapi rupiah menguat terhadap mata uang negara lain seperti yen Jepang, Euro Eropa, dan Poundsterling Inggris Raya.
"Ini jadi pemikiran bagi kami apakah memang mulai mencari sumber pendanaan dari mata uang lain, karena yen dan Euro dan Poundsterling melemah terhadap rupiah. Dollar AS ini safe haven sehingga akan terus meningkat, di aset dan liabilitas bank sedang review kurangi eksposure USD/IDR conversion ini," ungkapnya dalam konferensi pers, dikutip Kamis (29/9/2022).
Dia melanjutkan terdapat tiga mata uang yang dapat menjadi penerbitan global instrumen baik berupa obligasi maupun medium term notes (MTN).
Menurutnya, selain dolar AS, ada opsi mata uang jepang yakni Yen dengan Samurai Bond, atau Euro dan Yuan China.
Baca Juga
"Indonesia juga sempat buka juga Dimsum Bond, kami sedang kaji, memang yang jadi tantangan, mengenai matching revenue ya. Kalau revenue rupiah, harus melihat total biaya dengan swap-nya," katanya.
BUMN baik perbankan maupun BUMN lain perlu menghitung total biaya setelah ditukarkan dari rupiah ke Euro atau ke Yuan. Jika pasar pertukaran mata uangnya baik dan murah, perbankan BUMN bakal mengeluarkan global bond tersebut.
"Kalau rupiah menguat seperti sekarang, dengan ekspor surplus berkelanjutan, kita berharap rupiah terhadap mata uang tertentu terus menguat, kalau dolar safe haven dan Fed lagi naik belum tentu searah dengan kinerja rupiah terhadap mata uang lain," jelasnya.