Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja sejumlah perusahaan di Tanah Air yang tetap tumbuh siginifikan di tengah tren pelemahan ekonomi dunia diyakini menjadi modal Indonesia untuk menghadapai periode resesi pada tahun depan.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengapresiasi kinerja perusahaan BUMN dan swasta pada kuartal II/2022 yang mampu mencetak pertumbuhan, di tengah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed mengerek suku bunga acuan.
“Ini saya rasa menjadi bekal kita untuk optimis bahwa [saat] dunia mengalami resesi tahun depan, insya Allah, Indonesia masih mempunyai resiliensi. Kita bersama-sama mendorong terus pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas, sehingga kita bisa menjaga bahwa pertumbuhan kita tetap inklusif dan dengan kondisi moneter dan fiskal yang terus terkendali,” ujarnya dalam acara Indonesia Re International Conference 2022 bertajuk ‘Reinsurance and Economic Resilience: Dealing with Climate Change, Pandemic and Geopolitical Challenges’, Rabu (28/9/2022).
Sosok Kartika yang akrab dipanggil Tiko itu menyebutkan perusahaan yang tetap membukukan laba di tengah turbulensi ekonomi seperti bank yang ada di BUMN, Telkom hingga perusahaan swasta seperti Astra. "Semua mencetak pertumbuhan yang luar biasa,” katanya.
Berdasarkan catatan Bisnis, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) mampu mencetak kenaikan pendapatan sebesar 3,60 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp71,98 triliun, dari Rp69,48 triliun pada semester I/2021.
Pendapatan tersebut mayoritas disumbang oleh pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika dengan nilai mencapai Rp41,52 triliun. Nilai itu tumbuh 4,92 persen yoy jika dibandingkan dengan semester I/2021 yang bernilai Rp39,57 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, PT Astra International Tbk. (ASII) juga mencatatkan pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp143,69 triliun, atau tumbuh 34 persen yoy dari Rp107,39 triliun. Adapun laba bersih Astra, termasuk keuntungan nilai wajar atas investasi pada GoTo, tumbuh 106 persen yoy menjadi Rp18,2 triliun.
Mantan bankir Bank Mandiri itu menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapatkan windfall dari lonjakan harga komoditas yang dipicu oleh perang Ukraina dan Rusia. Indonesia bisa meningkatkan ekspor secara signifikan, terutama di komoditas besar seperti sawit, batu bara, nikel dan sebagainya.
“Sehingga kita melihat bahwa pertumbuhan di tahun 2022 ini insyaallah bisa mencapai 5,3 persen - 5,5 persen,” lanjutnya.
Adapun, Tiko menyampaikan bahwa kemungkinan di triwulan III/2022, pasca recovery Covid-19 akan terjadi aktivitas ekonomi yang meningkat tajam, sehingga diharapkan bisa mencapai di kuartal III tahun ini sebesar 5,6 persen sampai 6 persen.
“Ini juga menarik bahwa Indonesia dengan penanganan Covid-19 yang lumayan berhasil di level dunia dan recovery daripada domestik ekonomi bisa mendorong pertumbuhan yang sangat cepat di triwulan 2 dan 3. Ini sebagai modal untuk sampai akhir tahun nanti,” tuturnya.