Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Anjlok ke Level Terendah 15 Bulan, Hantu Resesi Global

Pada perdagangan Selasa (27/9) siang, harga CPO kontrak pengiriman Desember telah turun 6,77 persen ke 3.483 ringgit per ton atau US$757,83 per ton.
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terpantau terus mengalami koreksi dan menyentuh level terendahnya dalam 15 bulan.

Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Selasa (27/9/2022) siang, harga CPO kontrak pengiriman untuk Desember telah turun 6,77 persen ke 3.483 ringgit per ton atau US$757,83 per ton. Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga CPO telah anjlok 8,16 persen dan menyentuh level terendahnya sejak 28 Juni 2021.

Dilansir dari The Star, seorang trader sawit menuturkan, kelanjutan koreksi harga CPO didorong oleh pernyataan Analis sekaligus Direktur Godrej International, Dorab Mistry. Selain itu, data kargo yang menunjukkan pertumbuhan ekspor juga tidak mampu menjadi sentimen positif untuk CPO.

Pada Jumat pekan lalu, Dorab Mistry menyebutkan harga CPO akan terkoreksi hingga ke level 2.500 ringgit per ton. Penurunan ke level tersebut diprediksi akan terjadi memasuki akhir Desember 2022.

Menurut Mistry, pelemahan harga CPO disebabkan oleh perbaikan produksi, anjloknya permintaan, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Data dari Intertek Testing Services menyebutkan, ekpsor produk CPO Malaysia pada periode 25 Agustus – 1 September naik 20,9 persen ke 1.168.627 ton dari 966.655 ton pada periode 1 – 25 Agustus.

Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebutkan ekspor CPO Indonesia akan naik pada semester II/2022. Hal ini seiring dengan penghapusan pungutan ekspor CPO yang diberlakukan pemerintah.

“Meski demikian, jumlah ekspor tahun 2022 akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu yang mencatatkan 33,7 juta ton seiring dengan pembatasan yang diberlakukan awal tahun ini,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper