Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi akan bertahan pada kisaran 4.000 ringgit per ton hingga akhir tahun ini.
Tren harga tersebut juga diprediksi bertahan hingga kuartal II/2023 mendatang seiring dengan prospek pemulihan produksi.
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Selasa (15/11/2022) sore, harga CPO kontrak pengiriman bulan Januari 2023 turun 57 poin ke level 4.055 ringgit per ton.
Dikutip dari The Star pada Selasa (15/11/2022) CEO Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Wan Aishah Wan Hamid mengatakan proyeksi harga tersebut ditopang oleh sejumlah sentimen, seperti kenaikan permintaan CPO, volatilitas harga minyak dunia, serta tensi geopolitik global.
Ia menjelaskan, harga CPO telah menunjukkan tren kenaikan selama beberapa pekan belakangan. Hal tersebut didukung oleh pelemahan nilai tukar ringgit Malaysia serta kekhawatiran pasar terhadap pasokan akibat banjir di Malaysia dan Indonesia sebagai negara produsen.
“Sentimen ini akan menjaga harga CPO tetap tinggi. Kami memprediksi harga CPO akan berada di rentang 4.000 – 4.400 ringgit hingga akhir Desember 2022,” jelasnya.
Baca Juga
Adapun, dalam jangka menengah Wan Aishah mengatakan konflik Rusia dan Ukraina masih akan menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan harga CPO. Ia juga memproyeksikan produksi CPO akan pulih pada tahun depan.
Seiring dengan hal tersebut, Wan Aishah memprediksi harga CPO akan berada di kisaran 3.900 – 4.300 ringgit per ton hingga Maret 2023.
Wan Aishah melanjutkan, persediaan CPO Malaysia memasuki tren penurunan sejak Desember 2021 hingga April 2022 yang memicu melonjaknya harga. Meski demikian, tingkat persediaan CPO Malaysia mulai meningkat pada Mei 2022 yang berdampak pada turunnya harga.
Adapun, pada September 2022 jumlah stok CPO Malaysia mencapai 2,3 juta ton atau level tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Namun, harga CPO melanjutkan koreksinya ke level terendah sejak Juni 2021.
Tingkat produksi CPO Malaysia diproyeksikan menurun sepanjang tahun 2022 seiring dengan kurangnya tenaga kerja yang belum dapat diatasi.