Bisnis.com, JAKARTA – Tren pelemahan permintaan dan potensi resesi global masih akan membayangi pergerakan harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Berdasarkan data dari laman Bursa Malaysia, Rabu (5/10/2022), harga CPO dengan kontrak teraktif berada di level 3.793 ringgit per ton atau naik 179 poin.
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menjelaskan, saat ini sentimen yang ada di pasar CPO cenderung negatif seiring dengan tren laju inflasi global yang tinggi. Hal tersebut juga ditambah dengan potensi terjadinya resesi global akibat pertumbuhan ekonomi yang terhambat.
Pergerakan harga CPO juga ditekan dari pelemahan harga komoditas–komoditas lainnya. Wahyu menjelaskan, harga komoditas lain, terutama yang merupakan substitusi CPO seperti minyak biji kedelai juga masih bergerak di level yang lebih rendah.
“Wajar saja CPO koreksi, apalagi stok di negara produsen masih cukup tinggi,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (5/10/2022).
Sentimen lain yang akan mempengaruhi pergerakan harga CPO dalam jangka pendek adalah kondisi cuaca yang buruk. Menurut Wahyu, hal tersebut berpotensi menghambat proses panen CPO di negara–negara produsen seperti Malaysia dan Indonesia.
Baca Juga
Sementara itu, kenaikan harga minyak mentah yang belakangan terjadi dapat memberikan katalis positif untuk CPO. Wahyu menjelaskan, reli harga minyak akan membuat penggunaan bahan bakar biodiesel menjadi lebih kompetitif dengan energi lain seperti batu bara.
“CPO yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel bisa menjadi substitusi minyak mentah. Sehingga ketika harga minyak mentah turun, harga CPO juga ikut turun dan juga sebaliknya,” jelas Wahyu.
Sentimen positif lain yang berpotensi mengerek naik harga CPO adalah potensi kenaikan permintaan dari China.
Wahyu memaparkan, China diprediksi akan melonggarkan kebijakan lockdwon Covid-19 secara bertahap yang telah menghambat konsumsi dan permintaan minyak sawit. Langkah ini dinilai dapat memicu spekulasi positif atas CPO.
Seiring dengan sentimen–sentimen Wahyu memprediksi harga CPO akan bergerak pada rentang 3.000 – 4.200 ringgit per ton sepanjang Oktober ini.