Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi IHSG Pekan Depan, Bila Keluar Bayang-Bayang The Fed?

IHSG masih berpotensi menguat meskipun dibayangi peningkatan suku bunga The Fed.
Karywan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karywan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang mencatatkan kinerja positif di tengah tren kenaikan suku bunga.

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menjelaskan, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) dan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) justru memberi penyesuaian yield differential yang berpengaruh positif ke pasar modal.

“Jadi investor asing melihat arus kapital ke Indonesia masih menjanjikan, pasar global masih rentan namun IHSG koreksi kecil masih dekat ke 7.200,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (23/9/2022).

Pada hari ini, investor asing mencatatkan net sell Rp767,94 miliar. Namun, sepanjang 2022, investor asing membukukan net buy Rp72,33 triliun.

Dirinya memperkirakan, apabila ke depan The Fed masih tetap hawkish menaikkan suku bunga, maka pergerakan IHSG hingga Oktober 2022 bisa konsolidasi korektif, dan rebound pada November—Desember 2022 sehingga target 7.400 bisa tercapai.

“Jika melunak 7.500 sangat potensial tercapai sebelum 2022 berakhir, namun jika masih agresif level 7.500 setidaknya dicapai awal 2023,” imbuhnya.

Terlepas dari sikap The Fed yang akan melunak atau agresif pada pertemuan FOMC berikutnya, IHSG masih memiliki potensi bergerak positif selama tidak ada krisis ekonomi global di akhir tahun ini.

“Namun kinerjanya mungkin tidak sebaik semester pertama, apapun itu IHSG masih cenderung naik, beda cepat atau lambatnya saja,” tutupnya.

Di sisi lain, Head of Trading Treasury & Market Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan mengatakan, sektor saham komoditas dan perbankan mendapat support yang kuat seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan.

“IHSG konsentrasinya banyak di komoditas dan perbankan, kedua sektor itu mendapat support yang kuat,” ujarnya dalam acara Group Interview di Jakarta, Kamis (22/9/2022).

Dia melanjutkan, belum ada dampak langsung dengan kenaikan suku bunga, kecuali ke sektor properti yang lebih disebabkan karena biaya kredit pemilikan rumah (KPR) yang meningkat.

Data DBS Group Research menyebutkan, secara fundamental Indonesia memiliki kekuatan dari surplus perdagangan pada Agustus 2022 yang tercatat mencapai US$5,8 miliar, serta ekspor yang meningkat 30 persen secara tahunan menjadi US$27,9 yang menjadi rekor tertinggi secara nominal.

Pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (23/9/2022) IHSG 0,56 persen atau 40,32 poin ke posisi posisi 7.178,58.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di zona merah antara 7.172— 7.219 dengan kapitalisasi pasar yang tercatat turun menjadi Rp9.455,39 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper