Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah, Kembali Dekati Rp15.000

Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke Rp14.907 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melanjutkan pelemahan di hadapan dolar AS pada perdagangan Rabu (14/9/2022) bersama sejumlah mata uang lainnya di Asia.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,38 persen atau 56 poin ke Rp14.907 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga mengalami penurunan 0,23 persen atau 0,248 poin ke 109,56.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar AS sempat menguat terhadap mata uang lainnya setelah kenaikan tajam sesi sebelumnya setelah laporan inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan.

Indeks Harga Konsumen menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 8,3 persen untuk Agustus, di atas perkiraan 8,1 persenoleh para ekonom. Adapun, data 'core CPI' naik 0,6 persen, dua kali lipat dari yang diharapkan, dan mendorong tingkat inflasi inti tahunan naik menjadi 6,3 persen dari 5,9 persen pada Juli, atau tertinggi 40 tahun pada Maret.

“Para ekonom telah memperingatkan bahwa The Fed pada akhirnya dapat mendorong Amerika Serikat ke dalam resesi yang dalam dengan kenaikan suku bunga paling tajam dalam empat dekade, mengatakan sektor perumahan yang terbang tinggi dan pasar saham yang pernah bergairah bisa berakhir menjadi korban The Fed,” papar Ibrahim dalam riset, Rabu (14/9/2022).

Pasar telah memperkirakan kemungkinan besar bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pekan depan, tetapi kemungkinan kenaikan suku bunga penuh 1 persen sekarang juga sedang dipertimbangkan.

Perkiraan awal menunjukkan produk domestik bruto AS, atau PDB, kemungkinan berkontraksi sebesar 0,6 persen pada kuartal kedua setelah perlambatan 1,6 persen pada kuartal pertama. Dua kuartal berturut-turut pertumbuhan PDB biasanya menempatkan ekonomi dalam resesi.

Dari sisi internal, terdapat tantangan untuk mencapai target produk domestik bruto atau PDB Nominal pada 2023, yang naik dari proyeksi awal, karena sulitnya mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi hingga 5,3 persen tahun depan.

Berdasarkan kesepakatan Kementerian Keuangan dan Banggar DPR, pemerintah mematok target PDB Nominal dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023 senilai Rp21.037,9 triliun. Jumlah itu naik dari target semula di angka Rp20.988,6 triliun.

Target PDB Nominal 2023 itu pun naik dari estimasi realisasi tahun ini di kisaran Rp18.000 triliun. Artinya, terdapat target penambahan PDB Nominal hingga Rp3.000 triliun pada tahun depan. Tantangannya ke depan ada pada bagaimana mencapai berbagai asumsi makro tersebut sehingga target PDB bisa terpenuhi.

Walaupun berbagai kebijakan yang ada saat ini cenderung kontraktif sehingga menjadi tantangan untuk meningkatkan laju pertumbuhan lebih tinggi pada tahun depan. Apalagi ditambah ada efek inflasi tahun ini, akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi.

“Jadi, faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan menjadi 5,3 persen pada 2023 itu menjadi semakin susah, apalagi ditambah pertimbangan dukungan fiskal 2023 semakin kontraktif lagi karena ingin mencapai defisit [APBN] di bawah 3 persen. Memang ini kalau dilihat dari kemungkinan tercapainya, pemerintah terlalu optimistis,” kata Ibrahim.

Pemerintah harus melakukan perbaikan struktur ekonomi secara maksimal, yakni dengan meningkatkan konsumsi domestik dan tidak bergantung kepada penerimaan ekspor. Pasalnya, masa-masa indah commodity boom diperkirakan berakhir tahun ini sehingga penerimaan tahun depan cenderung lebih rendah.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.890 - Rp14.930 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper