Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat terhadap Dolar AS, Jumat 9 September 2022

Rupiah dibuka menguat 0,53 persen ke posisi harga Rp14.876 per dolar AS.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,53 persen pada pembukaan perdagangan akhir pekan, Jumat (9/9/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, nilai tukar rupiah berada pada level Rp14.876 per dollar AS, naik 0,53 persen atau setara 78 poin pada pukul 09.00 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,54 persen ke posisi 109,123.

Adapun kurs jual dolar AS di Bank Indonesia hari ini tercatat Rp14.979,52 sedangkan kurs beli senilai Rp14.830,48.

Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik terpantau menguat terhadap dolar AS, antaralain yen Jepang 0,35 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, dolar Singapura 0,29 persen, dan yen China 0,22 persen.

Deretan mata uang di Asia Pasifik yang tercatat melemah terhadap dolar AS yaitu won Korea sebesar 0,13 persen, baht Thailand 0,47 persen, dan ringgit Malaysia 0,13 persen.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset harian menyatakan, penguatan indeks dolar AS berkaitan dengan data ekonomi AS yang lebih sehat di bulan Agustus seiring dengan peningkatan aktivitas di bulan tersebut.

Menurut Ibrahim, hal itu memberikan bank sentral AS atau The Fed lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga secara hawkish di akhir bulan September ini.

“Pedagang sekarang memperkirakan peluang lebih dari 70 persen bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada bulan September,” tulis Ibrahim dalam riset harian, dikutip Jumat (9/9/2022).

Sementara itu, Senior Fellow dari Peterson Institute for International Economics, Maurice Obstfeld mengatakan ripple effect dari kebijakan The Fed menandai kekuatan dolar AS yang lebih menonjol terhadap mata uang negara maju dibandingkan negara ekonomi berkembang.

"Dolar yang lebih kuat umumnya datang dengan suku bunga jangka pendek dan jangka panjang yang lebih tinggi di AS, atau dengan tekanan di pasar global dan pelarian ke dolar yang dianggap aman," ujarnya dikutip dari Fortune, Jumat (9/9/2022).

Indeks dolar AS saat ini telah menjadi yang terkuat sejak 2002 silam, telah melonjak setidaknya 10 persen tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper