Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah baru-baru ini meningkatkan harga solar bersubsidi. Namun, Samuel Sekruritas Indonesia meyebut emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) tak akan terkena dampaknya.
Kenaikan harga BBM bersubsidi secara resmi dilaksanakan oleh Pemerintah, dengan harga Pertalite dari Rp7.650 per iter menjadi Rp10.000 per liter, Biosolar bersubsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, dan Pertamax dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
Semua perusahaan pertambangan, termasuk ITMG sebagian besar menggunakan kendaraan pengangkut batu bara berbahan bakar solar.
“Kami melihat hal ini tidak berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan, meskipun biaya bahan bakar ITMG meningkat 105,69 persen yoy menjadi US$16,88 juta di semester I/2022. Namun porsinya masih cenderung kecil hanya 2,51 persen dari HPP, dibandingkan dengan biaya penambangan 29,37 persen, iuran royalti 27,65 persen, dan pembelian batu bara 20,76 persen,” jelas Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi dalam riset, dikutip Kamis (8/9/2022).
Di sisi lain, Pemerintah telah menetapkan kenaikan tarif royalti batu bara yang akan berlaku mulai 22 September. Pemerintah menetapkan tarif berdasarkan kandungan kalori batubara bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).
“Meski seluruh tambang aktif ITMG terikat Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), bukan IUP, namun kenaikan tarif royalti tidak berdampak pada ITMG yang sudah memiliki tarif yang cukup tinggi,” jelas Aqil.
Baca Juga
MNC Sekuritas juga mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ITMG dengan TP yang lebih tinggi Rp51.500 menyiratkan 4,53x/2,52x PE/PBV estimasi sepanjang 2022.
“Kami percaya ITMG akan memberikan kinerja yang solid sepanjang tahun, terutama didukung oleh meningkatnya permintaan dari aktivitas industri China meskipun produksi flat karena cuaca buruk,” ujarnya.